Friday, August 6, 2010

Episode 1 - 49 Sinetron Benci Bilang Cinta bersiaran di Astro Ria


SINETRON BENCI BILANG CINTA EPISODE 1 - 47 DI ASTRO RIA PUKUL 6.30 - 7.30 MALAM SETIAP HARI ISNIN - JUMAAT

SINOPSIS

Setiap manusia inginkan kecantikan. Even lelaki mahupun perempuan. Sama saja. Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Nur Anisah Syifa' bt Aminuddin yang sering dihina dan diejek kerana memiliki tubuh yang gempal dan gemuk. Mohd Amsyar Al-Muhaimin b Datuk Azhar merupakan lelaki yang ego, berlagak dan sombong adalah lelaki yang sering menghina Anisah ketika mereka masih dibangku sekolah lagi..

Namun Tuhan itu Maha Adil, tidak disangka.. kerana wasiat, mereka berdua bertemu kembali malah telah dijodohkan. Nak tak nak masing-masing terpaksa terima. Atas paksaan dan tanpa kerelaan, mereka berdua dikahwinkan. Sepanjang hidup bersama, bermacam-macam perkara berlaku. Walaubagaimanapun, timbul rasa sayang di hati Anisah buat lelaki itu.. namun adakah Amsyar boleh menerima Anisah? Dapatkah Anisah meruntuhkan keegoan Amsyar terhadapnya? Mampukah mereka mempertahankan perkahwinan mereka??

LAGU TEMA "BENCI BILANG CINTA" - Radja



Courtesy of dunianovelcerpen.blogspot.com

Review/Sinopsis Episode 1 Benci Bilang Cinta

Darian Subekti terbaring lemah di tempat tidurnya. Dokter pribadi sedang memeriksa kesehatannya. Rahmayani, ibu Darian Subekti dan Ayunita, istri Darian ikut menunggu dokter sedang memeriksa Darian. Setelah memeriksa penyakitnya, dokter menyarankan agar Darian lebih banyak beristirahat dan sebaiknya jangan terlalu disibukkan oleh pekerjaan. Setelah dokter pergi, Rahmayani memanggil istri Darian dan mengajaknya bicara. Ibu Darian itu mengatakan pada istri Darian bahwa sekarang sudah waktunya. Ayunita meminta waktu lebih lama lagi karena Dimas sekarang masih terlalu kecil untuk melakukkannya. Dan sekarang ia masih kuliah. Tapi Ibu Darian mengatakan bahwa mereka sudah tidak punya waktu banyak dan menyuruh Ayunita untuk segera mengurus semuanya dan segera melamar gadis itu.

Seluruh kampus heboh. Jam kuliah pertama sengaja dibatalkan untuk menyambut kehadiran Dimas Subekti hari ini. Stasiun TV banyak yang meliput. Semua mahasiswa berlarian keluar terutama yang cewek2. Mereka berlarian sambil meneriakan nama Dimas. Winda kebingungan melihat semua orang pada lari keluar. Tanpa tahu ada apa Winda ikut berlari ingin mengetahui apa yang terjadi. Di antara kerumunan mahasiswa itu ada juga 3 orang teman Winda yang ikut heboh. Winda menghampiri teman2 nya tersebut dan bertanya ada apa. Dengan spontan dan semangat mereka menjawab bahwa Dimas Subekti mau datang ke kampus hari ini dan jangan bilang kalau Winda nggak kenal dengan Dimas Subekti.

Semua orang sudah menunggu di depan kampus sambil berteriak-teriak. Tidak lama sebuah mobil mewah bersama mobil2 pengawal datang beriringan dan parkir di halaman kampus. Yang pertama keluar adalah para bodyguard di mobil belakang yang langsung mengambil posisi untuk mengawal. Tak lama pintu mobil utama berwarna silver metallic itu terbuka. Keluar sosok Dimas Subekti dengan setelan jasnya yang langsung dikawal oleh para bodyguard. Melihat Dimas keluar dari mobilnya semua mahasiswa spontan berteriak histeris mengelu-elukan nama Dimas, terutama yang wanita. Mereka berebutan dan berdesakan untuk mendekati Dimas. Namun pengawalan terhadap Dimas sangat ketat. Tidak ada seorangpun yang berhasil mendekatinya. Winda yang ada diantara kerumunan masih keheranan dengan sambutan yang luar biasa itu terhadap orang yang bernama Dimas, sampai teman-teman dekatnya pun ikut histeris. Info yang ia dapat dari teman2 nya itu, Dimas adalah pewaris perusahaan stasiun TV terbesar di Indonesia yaitu D TV, kaya raya dan juga ganteng.

Dimas disambut oleh dua orang temannya. Saat ia melewati kelas kesenian, cewek-cewek yang ada di dalam kelas melihat Dimas. Winda ada di dalam kelas kesenian itu juga, sedang mengerjakan tugasnya membuat tembikar, tangan dan wajahnya belepotan oleh tanah liat. Semua cewek yang ada di dalam kelas mendekat ke jendela dan teriak memanggil Dimas kecuali Winda. Dimas tidak menggubris teriakan cewek-cewek itu. Sambil berlalu Dimas sempat melirik ke arah Winda yang tidak ikut teriak seperti teman-temannya yang lain.

Dimas melewati kelas seni musik. Ada seorang cewek sedang berlatih biola yang tetap duduk tenang sementara teman-teman nya yang lain berteriak memanggil Dimas. Dimas melihat ke cewek itu. Dan cewek itu juga melihat ke Dimas. Dimas lalu mengatakan kepada kedua temannya bahwa ia akan ke perpustakaan sebentar. Dimas mengambil sebuah buku dari tasnya dan kemudian menitipkan tasnya pada temannya.

Winda berjalan keluar kelas sambil membawa ember berisi air kotor. Di TV sedang ada berita heboh tentang Dimas yang pertama kali datang ke kampus. Winda berhenti dan menonton sebentar. Sambil ngedumel nggak jelas tentang sosok Dimas, Winda membuang air dari ember tersebut tanpa melihat ke sekitarnya sambil matanya masih melihat TV. Winda tidak menyadari dari arah sebelah kirinya, Dimas sedang berjalan sambil membaca buku. Tak ayal lagi air kotor itu mengenai baju Dimas. Winda kaget setengah mati. Karena kagetnya Winda yang grogi hanya diam saja dan tidak meminta maaf. Dimas masih menunggu namun dari wajahnya ia tampak sangat marah. Karena tidak ada tanggapan dari Winda, Dimas bicara kepada Winda dengan marah “Jadi kamu tidak merasa bersalah?” Winda baru sadar dan lansung meminta maaf pada Dimas dan untuk menebus kesalahannya Winda menawarkan diri untuk mencuci baju Dimas. Namun Dimas tidak menjawab tapi tampak sekali bahwa ia sangat kesal. Dimas langsung membuka jasnya dan melemparnya ke muka Winda. Belum habis kekagetan Winda, Dimas lalu membuka kemejanya yang kotor itu dan melemparkannya ke muka Winda sambil berkata “Ini buat kamu semua.” Winda hanya bisa gelagapan memandang ke Dimas seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Baju2 itu jatuh ke lantai. Dimas menelpon asisten nya dan meminta untuk membawakannya baju. Setelah itu Dimas berlalu dari hadapan Winda tanpa sepatah kata. Setelah Dimas pergi, Winda kesalnya bukan main dengan sikap Dimas tersebut. Winda menggerutu sendiri. Winda mau pergi dari tempat itu, tapi ia melihat baju Dimas di lantai. Winda memungut baju tsb. Lumayan pikirnya, baju ini bisa buat ayahnya.

Dimas yang sudah mengganti bajunya menemui Claudia, cewek pemain biola yang dilihatnya tadi. Ternyata Claudia adalah pacar Dimas. Tidak banyak yang tahu tentang itu. Dlm kesempatan itu Dimas melamar Claudia. Ia ingin menikahi Claudia daripada ia harus menikah dengan gadis pilihan orang tuanya. Claudia menolak lamaran Dimas tersebut dengan alasan Claudia masih ingin mengejar impiannya untuk menjadi pemain biola. Dimas tidak bisa memaksa. Tanpa sengaja Winda mendengar atau menguping pembicaraan Dimas dan Claudia tersebut dari balik pintu. Ini bisa menjadi gossip besar pikir Winda. Namun tiba-tiba HP Winda berdering. Winda panik saat HP nya bunyi. Winda mau mematikannya, tapi karena gugup HP nya nggak mati juga. Akhirnya ia berhasil mematikan HP nya. Tapi terlambat, Dimas dan Claudia menyadari ada orang lain selain mereka yang telah mendengar percakapan mereka. Winda segera kabur dari tempat itu. Dimas tidak melihat siapa orang yang telah menguping itu, namu ia sempat melihat kaos kaki warna-warni yang dipakai oelh orang tersebut.

Dimas sedang mengikuti kuliah di salah satu kelas. Winda melintas di depan kelas Dimas. Dimas melihat kaos kaki warna warni yang dipakai Winda. Dimas langsung teringat sesuatu. Dimas keluar dari kelas dan mengejar Winda. Di gang yang tidak orang, Dimas mendorong Winda dan memojokkan Winda. Winda kebingungan dam tidak tahu kenapa ia didorong. Dimas tanpa basa-basi langsung mengancam Winda agar Winda tidak usah mencampuri urusan orang lain, jika tidak ingin mendapat masalah yang besar. Setelah itu Dimas pergi begitu saja. Tinggal Winda yang kesal dibuatnya dan ngedumel “Sok keren, lo.”

Sementara itu di London, Inggris, Aditya, juga cucu dari keluarga subekti bersama ibunya sedang membicarakan tentang ahli waris keluarga Subekti. Aditya tidak terlalu berambisi dengan urusan warisan itu. Berbeda dengan ibunya, ibunya Aditya merasa bahwa sebenarnya Aditya lah yang lebih berhak atas ahli waris itu

Susi dan Kuncoro, orang tua Winda, stres karena dililit hutang. Di tengah keresahan itu, seorang utusan dari keluarga Subekti datang untuk mengantar surat amanat dan cincin yang akan digunakan untuk melamar Winda.

Pulang ke rumah, Winda pun terkejut ketika mengetahui kalau dirinya sudah dijodohkan dan akan segera menikah. Dan lebih kaget lagi saat ia mengetahui bahwa calon suaminya adalah Dimas Subekti. Dalam pandangannya, Dimas adalah sosok yang arrogant. Adiknya Winda heran dan tanya ke Winda mengapa Winda nggak mau dijodohkan sama Dimas padahal Dimas itu ganteng dan kaya raya. Kalo cewek lain pasti udah langsung bilang iya. Winda tidak mau kalau ia harus menikah dengan Dimas.

Keesokannya Winda ke kampus. Saat sedang berjalan tergesa-gesa ia sempat bertabrakan dengan Claudia. Winda minta maaf, sedangkan Claudia hanya menatapnya aneh tanpa bicara.

Hari itu Winda tertangkap basah hanya memakai sendal di kampus. Ia pun dimarahi oleh dosen. Winda dengan lucu memberikan berbagai macam alasan. Dimas yang kebetulan lewat melihat kejadian itu dan tersenyum melihatnya dan berlalu.

Berita tentang pernikahan Dimas Subekti tersebar di kampus. Semua orang di kampus mengira bahwa calon istri Dimas itu cantik dan kaya. Claudia yang sempat mendengar gossip itu tersenyum. Claudia mengira yang dimaksud itu adalah dirinya. Dimas menemui Claudia di perpustakaan. Claudia mengatakan pada Dimas bahwa ia telah mendengar berita tentang pernikahan Dimas. Claudia mau meyakinkan Dimas kalau ia tidak mengiyakan lamaran Dimas. Namun ternyata Claudia telah salah mengira. Dimas menjelaskan pada Claudia bahwa ia memang akan menikah, tapi tidak dengan Claudia. Dimas akan menikah dengan gadis pilihan orang tuanya.

Karena habis kena razia sendal, Winda terlambat sampai di kelasnya. Berita tentang pernikahan Dimas juga ramai dibicarakan oleh teman-temanya Winda di kelas kesenian. Mereka juga mengira bahwa calon istri Dimas pasti cantik dan kaya raya. Winda hanya bisa bengong mendengarkan teman2 nya membicarakan soal pernikahan itu.

Kedua teman Dimas juga mempertanyakan soal pernikahan itu pada Dimas. Dimas menjelaskan bahwa ia tidak punya pilihan. Dan ia juga sebenarnya tidak senang menjalankan semua itu, termasuk kuliah di jurusan bisnis ini juga bukan kemauannya. Tapi ia harus melakukannya.

Di rumah, Darian ayah Dimas mengingatkan tentang pernikahan itu. Dimas sempat protes pada ayahnya karena menurutnya jaman sekarang apakah masih harus ada perjodohan semacam itu. Ayahnya mengatakan pada Dimas bahwa Dimas sendiri sudah tahu alasannya kenapa ia harus menikah dengan gadis itu… bahwa pada waktu perang dulu, opanya Dimas pernah ditolong oleh temannya yang bernama Wirawan. Dan sejak itu opa nya telah berjanji bahwa ahli warisnya kelak akan menikah dengan cucu perempuan Wirawan. Darian juga mengatakan pada Dimas bahwa sebenarnya Aditya yang seharusnya menikah dengan gadis itu, tapi karena dulu ayah Aditya itu sering sakit-sakitan makanya opa nya Dimas menyerahkan semua padanya. Lalu opa Dimas mengirim Aditya dan ibunya tinggal di London. Dan sekarang Dimas adalah penerusnya, ahli warisnya. Dimas tidak dapat mengelak dari perjanjian itu. Ia terjebak dalam perjanjian yang telah dibuat oleh opa nya bertahun-tahun yang lalu. Dimas mengatakan pada papanya agar papanya tidak perlu khawatir karena ia akan menikah sesuai yang diinginkan oleh keluarganya. Darian lalu memberikan photo gadis yang akan dinikahi oleh Dimas dan bilang kalau gadis itu juga kuliah di tempat yang sama dengan Dimas. Betapa kagetnya Dimas saat melihat photo itu. Ayah dan ibu Dimas berpesan bahwa Dimas dan gadis itu harus menjaga sikap di luar.

Pulang ke rumah, Winda melihat orangtua dan adiknya sudah siap-siap mau pergi. Winda bertanya mereka mau kemana. Ibunya menjelaskan bahwa mereka sedang menunggu jemputna keluarga Subekti. Winda kaget karena ia merasa belum menyetujui pernikahan itu. Ibunya memohon pada Winda karnea ini adalah jalan satu-satunya bagi mereka untuk terlepas dari lilitan hutang. Winda tetap tidak mau. Namun saat itu tiba-tiba para penagih hutang datang ke rumah Winda, dan memporak-porandakan isi rumah. Winda menyaksikan semuanya, melihat ayahynya dipukuli. Winda merasa terdesak sekaligus terjepit, Winda akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran itu dan meminta cincinnya. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah mereka… BERSAMBUNG


Review/Sinopsis Episode 2 Benci Bilang Cinta

Dalam keadaan terdesak, Winda akhirnya bersedia untuk menerima lamaran keluarga Subekti. Tepat pada saat itu orang suruhan keluarga Subekti datang untuk menjemput Winda. Winda mengikuti mereka naik ke mobil mewah yang diparkir di depan rumahnya dan segera menuju ke rumah keluarga Subekti. Setelah Winda pergi, para penagih hutang yang tadinya bertindak kasar langsung berubah 180 derajat saat melihat utusan keluarga Subekti tersebut. Kepala penagih hutang langsung minta maaf dan memerintahkan anak buahnya mengembalikan semua barang-barang ke tempat semula.

Sesampainya di rumah keluarga Subekti, Winda takjub dengan kekayaan keluarga Subekti. Rumah yang sangat besar. Keluarga ini pasti tajir banget begitu pikir Winda. Winda diantar ke ruang tamu untuk bertemu dengan Ayunita. Di dalam ruang tamu Winda melihat sekeliling, mengutak-atik pajangan yang ada di dekatnya. Winda bahkan naik ke atas kursi tamu untuk melihat lukisan yang menempel di dinding. Saat itu Ayunita, Ibu Dimas muncul di ruang tamu dan sempat menyaksikan Winda yang naik ke atas kursi. Winda kaget saat menyadari Ayunita sudah ada di di depannya. Ayunita mempersilahkan Winda duduk dan mengajak Winda bicara langsung to the point dengan menanyakan alasan Winda menerima lamaran keluarga Subekti. Winda terlihat gugup, ia tidak melihat ke Ayunita. Ayunita lalu menegur Winda. Winda meminta maaf pada Ayunita karena jika berhadapan dengan orang baru ia salting. Winda lalu minta ijin minum sebentar padahal Ayunita belum menyuruhnya minum. Selesai minum Winda langsung minta ijin pulang ke rumah karena ia sudah 1 ½ jam disini. Winda meyakinkan Ayunita bahwa ia pasti akan menikah dengan Dimas dan mereka tidak perlu khawatir. Ayunita meminta Winda untuk menjawab pertanyaannya tadi. Winda dengan polosnya menjawab bahwa ia bersedia menikah dengan Dimas supaya bisa membayar hutang keluarganya. Ayunita kaget dengan jawaban Winda. Rahmayani, oma nya Dimas datang dan melihat Winda. Rahmayani tidak menyangka ternyata Winda lebih manis dari yang dibayangkan. Rahmayani mengatakan pada Winda bahwa pertemuan hari ini sudah cukup dan Winda akan diantar pulang. Ayunita tampak tidak menyukai Winda yang tidak tahu sopan santun. Tapi menurut Rahmayani Winda adalah anak yang baik.

Di luar Winda menyesali apa yang tadi ia katakan. Mengapa ia terlalu polos dan berterus terang. Mengapa ia tidak mengatakan ia bersedia menikah dengan Dimas karena ia mencintai Dimas sejak pertama kali bertemu. Euh.. membayangkan kata mencintai Winda jadi geli sendiri.

Saat Winda berjalan ke mobil yang tadi membawanya, mobil Dimas masuk. Pertemuan Winda dan Dimas pun tak dapat terelakan. Terjadi percekcokan lagi antara Dimas dan Winda. Dimas merasa Winda terlalu agresif. Baru dua hari yang lalu ia bertemu dengan Winda dan kemarin ia baru tahu bahwa Winda adalah calon istrinya dan sekarang Winda sudah ada disini. Winda nggak mau kalah karena ia merasa punya alasan tersendiri mengapa ia bersedia menikah dengan Dimas.

Dimas masuk ke dalam rumah. Omanya bertanya apa tadi Dimas sempat bertemu dengan Winda. Dimas mengiyakan. Dimas menanyakan pendapat oma dan mamanya tentang Winda. Mamanya tidak suka dengan Winda setelah ia tahu bahwa alasan Winda menerima lamaran supaya keluarganya dapat terlepas dari kesulitan ekonomi. Mamanya menanyakan apakah Dimas nggak merasa keberatan. Dimas sudah menyerahkan semuanya pada mama dan omanya. Dimas tahu bahwa ia tidak punya hak apa-apa. Dimas sadar bahwa jika kakeknya Winda tidak menolong opanya, maka keluarga mereka tidak akan seperti ini sekarang. Tapi Rahmayani tidak ingin Dimas merasa terpaksa menikah dengan Winda. Dimas meyakinkan oma dan mamanya bahwa ia tahu bahwa pernikahannya itu adalah untuk kelangsungan D TV group. Dan Dimas tidak merasa terpaksa. Setelah itu Dimas minta ijin untuk ke kamarnya.

Sampai di rumah Winda mikir-mikir… punya suami ganteng, tajir banget, mobilnya juga banyak dan kalau dipikir-pikir ternyata punya suami seorang Dimas Subekti nggak serem2 amat, keluarganya juga nggak seserem seperti di sinetron2. Tapi kalau membayangkan sikapnya yang belagu. Huh!

Keluarga Winda menyambut gembira saat mengetahui Winda menerima lamaran keluarga Subekti. Mereka berteriak dan loncat-loncat kegirangan. Winda lalu pamit mau ke studio. Winda memberikan cincinnya pd mamanya untuk disimpan.

Winda membawakan teman2 nya es krim. Teman2nya senang dibawakan es krim. Teman2 nya heran mengapa WInda datang telat. Winda menjelaskan bahwa ia tadi ada urusan, saudaranya mau nikah karena dijodohin. Mendengar kata dijodohin, teman2 nya heran karena hari gini masih ada perjodohan. Kalau bukan karena cinta lebih baik nggak usah menikah. Cinta itu penting. Mendengar ocehan teman2 nya Winda mikir2 lagi dan langsung cabut dari studio meninggalkan teman2nya yang keheranan mengapa Winda tiba-tiba pergi.

Winda pulang ke rumah mencari cincin itu dan bilang ia tidak jadi menikah dengan Dimas. Dan ia mau mengembalikan cincin itu. Ayah dan ibunya juga adiknya kaget dengan keputusan Winda yang menda.dak. Ibunya sampai kesal karenanya dan mengambil cincin yang disimpannya kemudian memeberikannya kepada Winda. Terserah Winda mau diapain daripada mamanya keno stroke. Winda jadi ragu. Di TV ada berita tentang pertunangan Dimas Subekti dan menyebutkan bahwa calon istrinya adalah Winda Gunawan. Terpampang photo Winda di TV. Winda dan keluarganya menyaksikannya berita itu. Winda tau-tau nangis setelah menonton berita di TV. Ayahnya bilang ya sudah kalau Winda nggak mau menikah, ya nggak apa-apa. Ibunya menambahkan soal hutang nanti biar mereka pikirkan lagi. Ternyata Winda nangis bukan karena itu, tapi karena photo yang terpampang di Tv adalah photonya yang jelek. Spontan ayah, ibu dan adiknya ngetawain Winda.

Claudia dan 2 orang teman Dimas sedang makan di restauran. Claudia membicarakan tentang rencananya untuk sekolah ke luar negeri. Dimas nggak ada di antara mereka. Teman Dimas menelpon Dimas namun nggak bisa dihubungi. Besok Winda akan berangkat ke luar negeri. Claudia tampak kecewa Dimas nggak ada.

Setelah berita tadi malam tentang rencana pernikahan disiarkan di TV, berita itu jadi tersebar luas. Pagi-pagi para pencari berita menyerbu rumah Winda. Kedua orangtua Winda sampai kelabakan menghadapi para wartawan tsb. Winda yang nggak tau apa2 keluar rumah dan langsung diserbu oleh wartawan2. Sambil menahan semua wartawan itu orang tua Winda menyuruh Winda masuk.

Wartawan masih berkumpul di depan rumah Winda padahal Winda harus berangkat kuliah. Akhirnya untuk mengelabui wartawan, adiknya Winda didandani seperti Winda kemudian disuruh keluar agar wartawan mengikutinya. Dan setelah wartawan pergi Winda langsung kabur dengan sepeda.

Dimas dan teman2nya sedang duduk2 di kantin kampus. Dimas diberitahu bahwa hari ini Claudia akan pergi ke luar negeri, Dimas ditanya apa tidak mengantar Claudia. Dimas bilang kalau dia banyak urusan. Dan sekarang ia mau cabut dulu.

Berita tentang rencana pernikahan Winda dengan Dimas Subekti juga sudah tersebar di seluruh kampus. Winda mendapatkan perlakuan yang tidak enak dari anak2 kampus, termasuk dua orang temannya. Sesampainya di kelas, Winda mendengar kedua temannya itu sedang membicarakan dirinya yang tidak memberitahu mereka soal pernikahan itu. Di hadapan mereka ada tabloid yang memuat berita itu. Teman2 Winda kecewa dengan sikap Winda dan menganggap Winda munafik. Winda masuk dan berusaha untuk mencairkan suasana dengan membahas soal foto jeleknya yang dimuat di tabloid itu, tapi disambut dingin oleh dua temannya.

Sementara itu Claudia bersama dengan gurunya sedang menunggu taksi untuk ke bandara. Namun taksinya belum datang juga. Gurunya ingat bahwa ada barang yang ketinggalan dan harus mengambilnya. Claudia diminta untuk tetap disitu menunggu taksi. Mobil Dimas dan mobil pengawalnya melintas di depan Winda dan berhenti tidak jauh dari situ untuk menjemput Dimas. Tak lama terdengar teriakan2 heboh yang memanggil nama Dimas. Itu berarti Dimas akan segera lewat. Dimas berjalan ke mobilnya yang dikawal ketat oleh pengawal2 pribadinya. Claudia hanya melihat Dimas sampai Dimas masuk ke mobilnya.

Winda merasa sendirian di kampus. Saat ia ke kantin semua mata tertuju padanya. Winda melihat kedua temannya sedang duduk di salah satu meja. Winda menghampiri mereka dan minta mereka jangan marah padanya. Bukannya ia nggak mau cerita. Tapi ia juga merasa bingung. 2 hari yang lalu ia bisa ketawa2 sama mereka, tiba-tiba hari ini ia suah menjadi calon istrinya Dimas Subekti. Bagaimana ceritanya ia harus menikah pasti semua sudah tahu. Teman2 nya heran dengan Winda kenapa Winda malah sedih padahal menikah dengan Dimas Subekti itu adalah impian semua cewek di Indonesia dan Malaysia. Winda bilang bahwa sperti yang teman2nya bilang padanya bahwa jika ingin menikah itu harus dengan orang yang mereka cintai. Melihat Winda bersedih, teman2nya jadi bingung. Mereka nggak tahu harus kasih selamat atau malah kasihan dan mereka pun minta maaf.

Claudia masih menunggu taksi yang belum datang juga. Ia akhirnya bermaksud untuk masuk ke gedung kampus menyusul gurunya. Saat sedang berjalan ke arah gedung sambil membawa travel bag nya, dompet Claudia jatuh dan tidak menyadarinya. Aditya yang kebetulan lewat melihat ada dompet jatuh di jalan memungutnya. Aditya membuka dompet itu dan melihat ada photo Claudia. Aditya langsung mengira bahwa dompet itu milik orang itu. Aditya pun memanggilnya dan bilang bahwa dompetnya terjatuh. Aditya lalu memberikan dompet itu pada Claudia. Claudia mengucapkan terima kasih. Setelah itu Aditya pergi. Claudia membuka dompetnya. Di dalam dompet ada photonya bersama Dimas.

Ibunya Winda menjawab pada penagih hutang di telpon bahwa sebentar lagi anaknya akan menjadi menantu Darian Subekti. Dan jika anaknya sudah menikah nanti ia akan segera melunasi hutang2 nya. Setelah ibunya Winda menutup telpon, ayahnya Winda menegur istrinya mengapa bicara seperti itu. Bagaimana nanti jika Winda tidak jadi menikah. Ibunya tidak mau tahu. Pokoknya Winda harus menikah dengan Dimas.

Aditya ziarah ke makam papanya. Di depan makam papanya Aditya minta maaf karena selama ini Aditya tidak pernah menengok papanya. Tapi sekarang ia berjanji tidak akan pergi lagi. Setelah dari pemakaman Aditya langsung ke rumah keluarga Darian Subekti. Aditya disambut omanya dan tantenya, ibu Dimas. Ayunita tampak kurang senang dengan kedatangan Aditya. Aditya memberitahu bahwa kali ini ia akan tinggal menetap di Jakarta. Dan mamanya sebentar lagi juga akan menyusul. Omanya senang krn itu berarti keluarga mereka akan berkumpul seperti dulu. Aditya akan tinggal di apartemen meskipun omanya mengajak Aditya untuk tinggal bersama di rumah mereka. Aditya mengatakan bahwa ia juga akan kuliah di kampus yang sama dengan Dimas. Menurut Omanya hal itu bagus dan menurutnya Dimas pasti akan senang mendengar Aditya sudah kembali.

Aditya sampai di apartemen. Di apartemen nya sudah tersedia kunci mobil untuknya yang sudah diatur oleh mamanya, Anyelir. Tak lama Anyelir menelpon untuk mengetahui keadaan anaknya.

Darian Subekti sedang membicarakan Winda bersama istri dan mamanya. Darian menghendaki Winda dididik terlebih dahulu, diajari sopan santun jika ia mau masuk ke keluarga Subekti. Sebagai istri seorang calon pengurus perusahaan besar, sikap Winda harus sesuai. Darian akan menyuruh orang untuk mendidiknya. Meskipun Rahmayani tidak terlalu setuju dengan itu, tapi ia menyerahkan semuanya kepada Darian dan Ayunita kalau memang itu wajar. Yang jelas pernikahan antara Winda dan Dimas sangat menentukan nasib D TV. Rahmayani minta untuk ganti topik pembicaraan dan memberitahu Darian bahwa Aidtya sudah datang ke Jakarta. Darian senang saat mengetahui Aditya sudah kembali ke Indonesia. Darian protes mengapa Ayunita tidak memberitahunya. Ayunita membela diri bahwa tadi malam Darian pulang sudah larut sekali. Darian bertanya apakah Anyelir ikut pulang. Ibunya menjelaskan bahwa Anyelir akan menyusul. Saat membicarakan Anyelir Darian semangat sekali dan Ayunita tidak suka.

Dimas dan Winda kembali terlibat adu mulut di kampus. Kali ini penyebabnya adalah Winda yang bepura-pura tidak melihat saat ia akan berpapasan dengan Dimas. Dimas tidak suka dan bilang ke Winda “Eh.. lo mau pura2 nggak ngeliat gue hah?” Winda yang tertangkap basah mau mengelak dan sok akrab pada Dimas dengan memegang bahu Dimas sambil bilang bahwa bukannya ia pura-pura tapi… Dimas tidak suka Winda sok akrab kayak gitu dan bilang “Lo jangan sok akrab deh!” Gantian Winda yang nggak suka dengan perlakuan Dimas. Winda lalu menyerang Dimas balik “Eh… monyet! Lo kira gue suka sok akrab ama lo. Hah?” Dimas kaget mendengar Winda bicara seperti itu padanya. Dimas melihat ke sekitar dan kemudian bilang ke Winda “Apa lo bilang? Elo itu calon istri gue dan elo harus menghormati gue. Jangan sampe kelakuan elo dan keluarga elo mempermalukan keluarga gue. Tahu nggak?” Winda nggak suka keluarganya dibawa-bawa “Eh lo jangan bawa2 keluarga gue ya! Atau kalau nggak gw bakal…” Belum selesai Winda bicara Dimas langsung memotongnya “Apa? Atau apa? Atau apa Sayang?” Dimas mengatakan itu sambil memegang dagu Winda. Winda nggak suka dan mau menampar Dimas. Tapi Dimas dengan cepat mengelak dan langsung memegang kedua tangan Winda. Dimas memojokan Winda ke tembok. Winda meronta dan minta Dimas melepaskannya. Tapi Dimas nggak mau melepaskan begitu saja. Dimas melihat Dosen (nggak jelas sih dosen atau bukan, tapi anggap aja dosen) sedang razia. Kesempatan itu nggak disia-siakan oleh Dimas. Sambil masih memegang tangan Winda. Dimas berteriak melapor pada Dosen tsb bahwa disini ada yang pakai sendal. Winda panik dan minta Dimas untuk melepaskannya. Tapi Dimas nggak mau melepas. Setelah dosen itu sudah dekat dan melihat Winda, Dimas baru melepaskan Winda. Winda langsung kabur. Si dosen mengejar Winda. Dimas tertawa senang melihat Winda dikejar-kejar pak Dosen.

Dosen mengejar Winda dan Winda terus lari menghindar. Sampai di luar gedung ia berhenti sebentar karena kehabisan napas. Winda mengambil napas sebentar. Namun ternyata si dosen masih terus mengejar. Winda lansung lari lagi ke halaman parkir dan ngumpet disamping mobil. Namun Dosen masih terus mengejarnya. Winda bingung. Ia harus sembunyi dimana. Winda berpikir untuk sembunyi di mobil. Ia mencoba membuka mobil yang ada di dekatnya. Kebetulan ada satu mobil yang pintunya tidak dikunci. Winda masuk ke mobil tsb untuk bersembunyi. Winda mengintip keluar. Perhatiannya hanya kepada dosen yang mengejarnya. Winda tidak menyadari bahwa Aditya ada di dalam mobil tsb. Aditya melihat ke Winda dengan keheranan. Winda kaget saat mengetahui bahwa di mobil tersebut ada orang… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 4 Benci Bilang Cinta

Jam ½ 2 malam pintu kamar Winda diketok. Dalam keheranannya, Winda tetap membuka pintu kamarnya. Winda kaget dan tidak menyangka saat membuka pintu kamarnya, ternyata Dimas yang mengetok pintu kamarnya. Dimas berdiri di depan pintu kamar Winda sambil memegang boneka beruang besar warna putih. Winda melihat ke sekeliling. Hanya ada Dimas. Setelah itu, Winda langsung nyolot dgn bertanya ngapain tengah malam Dimas datang ke kamarnya. Dimas mengisyaratkan Winda agar jangan ribut dan langsung masuk ke dalam kamar Winda dan kemudian menutup pintu kamar. Dimas duduk di tempat tidur sambil masih memegang boneka besar tadi. Winda bertanya sekali lagi pada Dimas mau ngapain tengah malam datang ke kamarnya. Dimas lalu memberikan boneka yang dibawanya itu kepada Winda. Winda heran mengapa Dimas sampai memberikan boneka segala untuknya. Winda langsung batuk2 (cuma akting) karena tumben banget Dimas baik padanya. Dimas menjelaskan bahwa sepupunya bilang bahwa ia harus baik-baikin Winda. Winda merasa apa yang dijelaskan Dimas dengan boneka itu tidak ada hubungannya sama sekali. Dimas kesal jadinya dan ingin mengambil kembali bonekanya “Udah, sini sini deh!” Tapi Winda langsung mencegahnya dan mohon agar Dimas jangan mengambil boneka itu kembali. Dimas akhirnya memberikannya kembali pada Winda. Winda bilang terima kasih. Dimas lalu mengatakan pada Winda bahwa sejujurnya setelah pernikahan mereka nanti, Dimas tidak dapat memberikan apa-apa pada Winda selain perceraian. Seperti yang Winda ketahui bahwa pernikahan mereka itu cuma pura-pura tambah Dimas. Diingatkan seperti itu membuat Winda kesal dan langsung bilang ke Dimas bahwa ia sudah tahu. Winda lalu menyuruh Dimas keluar dari kamarnya dengan paksa. Setelah Dimas keluar, Winda masih kesal. Kekesalannya itu dilampiaskan dengan membuang boneka pemberian Dimas ke lantai, lalu menginjak-injak boneka tsb “Dasar Monyet! Bisanya cuma bikin kesel aja”. Sementara itu di luar kamar Dimas juga sama kesalnya dengan Winda. Dimas menggerutu “Dasar cewek angkuh! Uhh! Hhh!”

Di rumah keluarga Winda... Susi (Ibu Winda) dan Kuncoro (ayah Winda) serta Doni (adik Winda) sedang bergembira menjelang pernikahan Winda dan Dimas karena itu berarti tidak akan ada lagi orang yang menghina mereka lagi. Mereka karaoke-an bareng. Bahkan Doni sempat mengutarakan kalau Winda kaya raya nanti, cewek2 bakal pada ngedeketin dia karena ia akan operasi plastik. Susi dan Kuncoro bertanya kalau Doni operasi plastik, wajahnya mau dibuat mirip siapa. Spontan Doni menjawab “Baim Wong!” Jawaban Doni malah ditertawakan oleh kedua orang tuanya.

Di luar rumah keluarga Winda, seorang ibu, tetangga mereka sedang memarahi anak perempuannya yang suka bergaul dengan preman. Ibu itu menyuruh anaknya bergaul dengan orang yang benar. Ia bahkan mencontohkan Winda yang sebentar lagi akan kawin dengan orang kaya dan sekarang keluarganya juga jadi orang kaya. Meskipun si anak bilang bahwa nasib orang beda-beda, si ibu tetap marah. Lagi marah2x, si ibu menda-dak diam karena melihat utusan keluarga Subekti datang ke rumah Winda. Ibu itu pun mengajak anaknya bersembunyi sambil memperhatikan rumah Winda dari jauh.

Utusan keluarga Subekti itu mengantarkan sekoper uang kepada ayah dan ibu Winda, ditambah dengan kunci mobil yang bisa digunakan oleh mereka sehar-hari. Setelah utusan keluarga Subekti pergi. Susi, Kuncoro dan Doni langsung membuka koper pemberian keluarga Dimas itu. Mereka kaget sekali ketika melihat isi koper tersebut adalah uang. Mereka juga keluar melihat mobil yang disediakan untuk mereka. Dengan noraknya, ayah dan ibu Winda serta Doni adik Winda langsung loncat-loncat kegirangan di depan mobil tsb. Mereka juga teriak-teriak kegirangan meskipun mereka tahu bahwa hari sudah malam. Ibu dan anak (tetangga mereka) yang mengintip sejak utusan Subekti masuk ke rumah Winda itu melihatnya. Si Ibu langsung punya niat untuk menyebarkan apa yang mereka saksikan malam ini kepada wartawan.

Euphoria mendapat uang sekoper dan mobil baru masih terbawa sampai esok paginya oleh kedua orangtua Winda. Dengan girangnya Susi dan Kuncoro mengelap mobil baru mereka. Doni yang baru mau berangkat sekolah heran melihat ulah kedua orangtuanya itu. Doni bilang ke ayah dan ibunya bahwa itu mobil baru, ngapain juga pake dilap segala padahal dipakai juga nggak. Doni dilarang protes oleh kedua orangtuanya dan disuruh segera berangkat sekolah. Saat minta uang jajan, Doni hanya dikasih beberapa lembar uang ribuan saja. Doni protes mengapa cuma dikasih sedikit padahal tadi malam mereka sudah dapat uang banyak. Mendengar Doni mengungkit soal uang td malam, ayahnya langsung minta Doni jangan bicara soal uang itu karena jika ada orang yang mendengar, mereka bisa jadi sasaran rampok Doni nggak bisa protes lagi dan langsung berangkat ke sekolah.

Dimas menemui ayahnya di kantornya. Darian heran mengapa Dimas hari ini masih kerja padahal besok Dimas akan menikah. Dimas beralasan bahwa ia punya kerjaan sedikit dan ia hanya sebentar aja di kantor. Dimas lalu bertanya mengapa ayahnya tadi mencarinya. Darian menjelaskan pada Dimas bahwa ia telah mengutus orang untuk mengantar uang kepada keluarga Winda. Dimas menanggapinya dengan dingin dengan mengatakan pada ayahnya bahwa mereka pasti senang menerima uang itu. Darian heran mengapa Dimas bicara seperti itu. Dimas lalu mejelaskan lagi bahwa seperti yang diketahui bahwa mereka banyak hutang, dengan begitu mereka bisa membayar hutang-hutang mereka. Darian merasa Dimas tidak pantas bicara seperti itu karena mereka adalah calon keluarga Dimas. Tapi Dimas merasa bahwa itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Mama dan omanya juga tahu bahwa mereka memang punya banyak hutang dan mereka sendiri telah mengakuinya. Sesama besan kan nggak ada salahnya untuk saling membantu. Setelah berkata seperti itu pada ayahnya, Dimas lalu permisi mau bekerja lagi dan keluar dari ruangan kantor ayahnya.

Dimas menerima telpon dari Aditya di ruang kantornya. Dimas terlihat senang ketika tahu bahwa yang menelpon adalah Aditya. Aditya bertanya tentang persiapan pernikahan Dimas besok. Dimas bilang pada Aditya bahwa persiapannya biasa-biasa aja, dan nggak ada yang perlu disiapin juga. Aditya menasehatkan Dimas bahwa Dimas harus berubah dan harus bisa menjadi pria yang bertanggung jawab. Dimas juga menceritakan pada Aditya bahwa ia sudah memberikan saran Aditya untuk memberikan boneka pada Winda. Aditya penasaran dengan reaksi Winda setelah Dimas memberikan boneka dan menanyakannya pada Dimas. Dimas menjawab bahwa Winda nggak kasih tanggapan apa-apa, bahkan ia malah diusir. Mendengar cerita Dimas, bukannya simpati, Aditya malah menertawakan Dimas dengan mengatakan bahwa pasti Winda akan bereaksi seperti itu, karena ia tahu bahwa Dimas melakukannya dengan terpaksa. Dimas mengelak dengan mengatakan bahwa mau diapain lagi, krn seperti yang Aditya tahu bahwa Winda memang orangnya begitu. Aditya mengatakan pada Dimas bahwa jika ia jadi Winda, ia akan melempar boneka itu ke muka Dimas. Dimas bilang terserahlah, yang penting ia sudah melakukannya. Aditya juga menasehatkan Dimas agar Dimas mulai belajar memperlakukan perempuan dengan benar. Dimas hanya bisa mengiyakan Aditya sambil senyum-senyum “Iya.. iya Don Juan.” Aditya pun tertawa mendengarnya dan kemudian menyudahi pembicaraan mereka.

Doni mendengar ibu-ibu tetangganya sedang menggosipkan pernikahan Winda sambil belanja sayuran di tukang sayur keliling... bahwa keluarga Winda itu matre... bahwa ayah dan ibunya telah menjual Winda untuk melunasi hutang-hutang keluarganya padahal Winda sendiri nggak mau dinikahkan... bahwa Susi dan Kuncoro telah menyiksa Winda agar mau menikah. Doni juga mendengar bhw berita ini telah disebarkan ke wartawan. Mendengar itu, Doni langsung pulang dan menceritakan apa yang ia dengar itu kepada ayah dan ibunya. Tak lama kemudian wartawan2 sudah berkumpul di depan rumah Winda menanyakan seputar gosip tentang orangtuanya yang menjual Winda untuk melunasi hutang-hutangnya dan isu tentang surat wasiatnya. Mendengar pertanyaan wartawan2 yang memojokan dan menghina keluarganya, Kuncoro langsung emosi. Merasa harga dirinya terinjak-injak, saat itu juga Kuncoro mengambil keputusan dihadapan para wartawan bahwa ia akan membuktikan pada semua orang bahwa ia tidak menjual Winda. Kuncoro mengatakan pada wartawan bahwa ia akan menjemput Winda dari rumah keluarga Subekti dan tidak akan menikahkan Winda dengan Dimas Subekti. Susi dan Doni kaget mendengar keputusan Kuncoro yang tiba-tiba itu.

Berita tentang keputusan Kuncoro itupun tersebar luas dan disiarkan secara nasional oleh stasiun2 tv. Indra dan Mirna, asisten keluarga Subekti mengetahui peristiwa itu dan langsung memberitahukannya pada Darian Subekti di kantornya. Darian langsung cemas melihat berita tentang surat wasiat telah tersebar. Ia heran mengapa semua ini bisa terjadi dan siapa yang telah membocorkannya kepada wartawan. Mirna yakin bahwa mereka sudah menutup rapat isu tentang surat wasiat itu. Darian langsung memerintahkan pada Indra dan Mirna agar Winda jangan sampai mengetahui peristiwa ini sebelum mereka berhasil menyelesaikan masalah ini.

Kembali ke rumah keluarga Winda.., Susi dan Doni masih berusaha membujuk Kuncoro agar memikirkan kembali keputusannya itu karena belum tentu keluarga Subekti yang telah menyebarkan isu itu kepada wartawan. Tapi Kuncoro tetap pada keputusannya. Ia merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh keluarga Subekti. Bagi Kuncoro, mereka sendiri yang telah melamar Winda dan mereka juga yang menyebarkan isu bahwa mereka menjual Winda. Kuncoro mengatakan pada Susi dan Doni bahwa ia harus menjemput Winda. Lebih baik mereka terlilit hutang daripada harus diinjak-injak oleh keluarga Subekti.

Kuncoro, Susi dan Doni mendatangi rumah keluarga Subekti dengan menumpang bajaj. Kedatangan mereka itu dicurigai oleh security yang mengira mereka sedang meminta sumbangan. Susi langsung mencak-mencak kepada security tsb dengan mengatakan bahwa ia adalah calon keluarga Subekti. Tapi Kuncoro langsung memarahi Susi yang masih menyebut diri mereka adalah keluarga Subekti. Security akhirnya mengijinkan mereka masuk. Begitu masuk ke dalam lingkungan rumah keluarga Subekti, sesaat mereka takjub dengan rumah yang besar yang ada dihadapan mereka. Tapi buru-buru mereka mengingatkan diri mereka bahwa tujuan mereka kesini hanya untuk menjemput Winda.

Sementara itu di dalam rumah keluarga Subekti, Ayunita ibu Dimas yang sudah mengetahui berita itu sedang panik. Ia sedang menelpon suaminya dan dengan heran bertanya pada suaminya mengapa semua ini bisa terjadi. Ayunita bermaksud akan memberitahu Rahmayani omanya Dimas. Darian mencegah Ayunita mememberitahukan Rahmayani. Darian minta Ayunita menunggu kabar dari Indra dan Mirna. Ayunita setuju.

Di kantornya, Darian masih berusaha mencari tahu mengapa berita itu sampai bocor keluar. Indra masuk dan menyampaikan pada Darian bahwa wartawan2 itu tidak bersedia memberitahukan sumber mereka. Indra mengatakan lagi bahwa kemungkinan berita ini disebarkan oleh orang-orang di sekitar rumah Winda. Mirna mengusulkan bahwa mereka harus mengadakan press conference secepatnya untuk mengklarifikasi masalah ini.

Sementara itu di rumah keluarga Subekti, di luar rumah dan masih di halaman yang luas itu, Kuncoro, Susi dan Doni berteriak memanggil-manggil Winda, meminta Winda keluar. Winda yang sedang dipingit dan sedang mendapat perawatan menjelang pernikahan oleh asisten2 nya Mirna sempat mendengar teriakan mamanya. Winda kaget dan langsung mau berdiri dan mau keluar menemui orangtuanya. Tapi kedua asisten Mirna langsung melarangnya karena sekarang Winda sedang dipingit. Winda pun tidak bisa berbuat apa2x selain menuruti kata-kata mereka. Sementara itu Ayunita mendapat kabar dari penjaga rumah bahwa ada orang2 yang mengaku keluarga Winda datang. Ayunita kaget mendengarnya dan langsung keluar menemui mereka. Ayunita mencoba memperkenalkan dirinya. Tapi Susi langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka dan meminta Ayunita untuk tidak berbasa basi dengan mereka. Susi menuduh Ayunita telah menyekap Winda dan meminta agar Winda diserahkan pada mereka sekarang juga. Ayunita berusaha menanggapinya dengan tenang dengan mengatakan bahwa Winda tidak disekap, melainkan sedang dipingit. Tapi Kuncoro tidak peduli dengan semua itu. Dengan masih emosi, Kuncoro juga mengembalikan sekoper uang dan kunci mobil dari keluarga Subekti pada Ayunita. Ia meminta Winda diserahkan pada mereka segera. Ayunita mencoba menenangkan Kuncoro dan mengajak mereka untuk menyelesaikan masalah ini dengan ayahnya Dimas di kantor. Kuncoro setuju. Mereka pun segera berangkat ke kantor Darian Subekti dengan diantar oleh Ayunita.

Darian menyambut kedatangan keluarga Winda di kantornya dengan ramah. Namun Kuncoro menanggapinya dengan dingin dan menolak jabatan perkenalan Darian. Kuncoro tidak mau basa-basi dan langsung mengembalikan uang pada Darian. Darian mau menjelaskan pada Kuncoro bahwa semua ini adalah kesalahan kecil. Kuncoro marah-marah karena ia merasa seluruh Indonesia telah menilai mereka adalah keluarga matre. Darian dan Ayunita bergantian menenangkan Susi dan Kuncoro. Mereka berusaha membujuk dan meyakinkan Susi dan Kuncoro bahwa berita ini bukan mereka yang membocorkan rahasia ini. Dan mereka akan berusaha membersihkan nama keluarga Kuncoro. Mereka juga menjelaskan bahwa sebentar lagi mereka akan mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi masalah ini. Mendengar itu, Kuncoro sedikit lebih tenang. Indra meminta Kuncoro dan keluarganya untuk duduk. Darian membisikan sesuatu pada Indra. Darian menyuruh Indra untuk memanggil Dimas.

Sementara itu, Dimas di ruangan kantornya akhirnya mengetahui tentang berita heboh itu dari TV. Dimas kaget melihatnya. Ia mengambil remote control dan mencoba semua channel tv. Dan hampir semua tv menyiarkan berita yang sama. Tak lama Indra masuk ke ruangan Dimas dan melihat Dimas sedang menyakiskan berita itu di TV. Indra langsung menebak bahwa Dimas pasti telah mengetahui tentang berita itu. Dimas menanyakan pada Indra dan sekaligus cemas apakah Winda sudah mengetahui tentang berita heboh itu. Indra menjelaskan bahwa mungkin Winda belum mengetahuinya karena sekarang ini Winda sedang disibukan oleh kelas Mirna. Winda dilarang menonton tv dan menerima telpon. Dimas menanyakan apakah papanya sudah tahu. Oom Indra menjelaskan pada Dimas bahwa Pak Darian sudah tahu. Dan ada satu masalah lagi bahwa keluarga Winda ada di ruang kantor pak Darian. Keluarga Winda sangat tersinggung dengan semua ini dan meminta untuk membatalkan pernikahan ini. Dimas tambah kaget. Indra juga menjelaskan pada Dimas bahwa mereka harus mengadakan press conference secepatnya.

Teman2 nya Winda, Indah dan Dian juga ikut cemas dengan gosip heboh itu. Mereka berusaha menghubungi Winda tapi HP nya Winda nggak aktif. Mereka kasihan kepada Winda dan berharap keluarga Subekti akan berusaha melindungi Winda dari gosip murahan itu.

Winda berhasil mengelabui 2 asistennya Mirna. Winda pura-pura tidur. Melihat Winda tidur, kedua asisten Mirna itu langsung ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk keluar sebentar. Setelah 2 orang asisten Mirna itu keluar, Winda langsung bangun dan mencari HP di tas salah satu asistennya Mirna tsb. Winda langsung menghubungi temannya. Winda langsung menanyakan tentang berita diluaran tentang dirinya dan Dimas. Indah memberitahu tentang gosip heboh itu ke Winda. Tapi teman2 nya juga memberikan dukungan kepada Winda agar Winda tidak perlu khawatir dengan gosip itu karena mereka tahu banget Winda dan keluarganya itu seperti apa. Winda cemas juga, tapi ia tetap menyembunyikan kecemasannya dari teman2nya. Winda minta agar teman2 nya mendoakannya di hari pernikahannya besok. Dan meminta mereka agar datang di resepsi pernikahannya nanti.

Kembali ke kantornya Darian, Susi dan Kuncoro mengajukan syarat2 kepada keluarga Subekti jika ingin pernikahan ini tetap berlangsung dan meminta keluarga Seubekti agar mejelaskan pada wartawan bahwa surat wasiat itu tidak ada dan mereka (Dimas dan Winda) menikah karena saling mencintai. Darian berjanji akan menjelaskan kepada press. Tapi Kuncoro menghendaki Dimas yang menjelaskan pada press, bukannya Darian. Karena menurutnya Dimas adalah calon suami Winda, dan Dimas lah yang harus bertanggung jawab. Ayunita berusaha meyakinkan Kuncoro agar sebaiknya Dimas dan Winda tidak usah dilibatkan dengan masalah ini karena mereka sedang disibukkan oleh persiapan pernikahan mereka. Kuncoro langsung nyeletuk “Lho, memangnya besok masih ada pernikahan?” Semua kaget mendengarnya dan sekaligus cemas. Saat itu Dimas masuk dan memperkenalkan diri pada Kuncoro, Susi dan Doni. Dimas meminta maaf atas namanya sendiri pada Kuncoro dan Susi. Dimas juga berjanji bahwa ia akan bertanggung jawab untuk membersihkan nama keluarga Kuncoro. Kuncoro, Susi dan Doni langsung kagum saat melihat Dimas. Bahkan Kuncoro sempat berbisik pada istrinya bahwa jika dilihat dari dekat Dimas lebih ganteng. Doni juga nggak kalah kagumnya dengan Dimas. Doni sampai melongo begitu melihat Dimas. Setelah Dimas berjanji, Kuncoro akhirnya bisa tenang, dan ia setuju bahwa pernikahan akan terus dilanjutkan.

Press conference untuk mengklarifikasi gosip miring tentang keluarga Winda pun pun dilaksanakan. Press conference itu dihadiri oleh Dimas yang didampingi oleh Indra dan Mirna, serta dihadiri juga oleh keluarga Winda yaitu Kuncoro, Susi dan Doni. Doni dengan lucunya sempat bergaya di depan wartawan. Tapi langsung dimarahi oleh ibunya. Dimas menjelaskan kepada wartawan yang hadir bahwa semua berita tentang surat wasiat dan keluarga Winda yang telah menjual anaknya itu adalah tidak benar. Yang benar adalah mereka menikah karena saling mencintai. Dalam kesempatan itu juga, Dimas meminta maaf pada keluarga Winda atas semua kesalahpahaman yang terjadi. Wartawan juga menanyakan soal keputusan Kuncoro sebelumnya kepada Kuncoro. Kuncoro dengan sedikit grogi menjelaskan bahwa tadi ia memang emosi, tapi setelah keluarga Subekti menjelaskan padanya bahwa itu tidak benar, maka sekarang sudah tidak masalah lagi, dan pernikahan akan tetap dilanjutkan. Wartawan sempat menanyakan keberadaan Winda yang tidak hadir dalam press conference tsb. Dimas dengan tegas menjelaskan bahwa Winda sekarang dalam keadaan baik dan sekarang ini Winda sedang dipingit. Wartawan pun terlihat puas dengan semua penjelasan Dimas dan Kuncoro. Di akhir press conference Dimas memperlihatkan pada semua wartawan yang hadir bahwa permintaan maaf nya tulus dengan memeluk Kuncoro. Pemandangan itu disambut dengan tepuk tangan yang meriah oleh semua yang hadir. Press conference itupun berhasil meyakinkan publik bahwa berita miring tentang surat wasiat dan keluarga Winda yang matre itu tidak benar.

Tidak jauh dari lokasi press conference, seseorang sedang menghubungi Anyelir melalui telpon. Orang tsb mengatakan pada Anyelir bahwa Dimas telah berhasil meyakinkan semua wartawan bahwa pernikahan mereka itu bukan berdasarkan surat wasiat. Dan dari seberang telpon Anyelir menjawab bahwa orang itu tidak perlu khawatir karena meskipun mereka berhasil menikah, ia masih punya 1001 cara untuk menghancurkan pernikahan Dimas dan Winda.

Winda menghubungi Mirna melalui HP nya Fei, salah satu asistennya Mirna. Winda menanyakan kebenaran tentang gosip miring itu pada Mirna. Mirna menjelaskan bahwa semuanya itu tidak benar dan semuanya adalah salah paham. Dan Dimas, ibu Ayunita dan pak Darian serta kedua orang tua Winda sudah mengklarifikasinya di depan wartawan. Winda menanyakan apakah mamanya masih ada disitu. Winda ingin sekali bicara. Mirna lalu memberikan telpon itu pada Susi. Susi menerima telpon Winda. Winda senang sekali ketika mendengar suara mamanya. Winda juga menanyakan kebenaran gosip miring itu pada Susi. Susi menjelaskan bahwa semuanya itu tidak benar. Awalnya memang ada gosip seperti itu, tapi sekarang semuanya sudah diatasi. Susi juga menambahkan bahwa apa yang mereka lakukan sekarang semuanya untuk kebahagiaan Winda, dan ia minta Winda agar tidak usah mengkahwatirkan semua itu. Dalam kesempatan itu, Winda juga menyampiakan rasa kangennya pada mamanya, papanya, dan Doni. Susi mengatakan bahwa mereka juga sangat kangen dengan Winda. Winda sudah menangis. Setelah melepas kangen melalui telpon dan menitip salam pada papanya dan Doni, Winda memutuskan hubungan telponnya. Winda masih menangis sedih setelah menutup telponnya... BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 5 Benci Bilang Cinta

Special appearance: Ririn Dwi Ariyanti, Dude Harlino dan Betrand Antolin as themselves

Pada hari pernikahan Dimas dan Winda, keluarga Winda yaitu Kuncoro, Susi dan Doni berziarah dulu pagi harinya ke makam kakek Winda. Mereka meminta restu dan sekaligus berterima kasih karena berkat jasa kakek pada opanya Dimas, Winda sekarang menikah dengan Dimas Subekti.

Sementara itu di rumah keluarga Dimas, tampak ramai. Semua wartawan dari berbagai media elektronik dan media cetak sudah berkumpul di halaman. Mereka datang untuk meliput acara akad nikah yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Di dalam rumah, Dimas sudah siap duduk di depan penghulu. Dimas mengenakan baju putih. Semua keluarga juga sudah berkumpul. Oma Dimas, papa dan mama Dimas sudah siap di tempat mereka. Keluarga Winda, ayah dan ibu Winda juga Doni sudah siap. Mereka semua sedang menunggu kehadiran Winda. Aditya juga ada diantara mereka, menyaksikan semuanya. Tak lama Winda muncul mengenakan kebaya warna putih. Winda terlihat cantik. Saat Winda masuk, semua orang melihatnya termasuk Dimas dan Aditya. Winda pun diantar duduk disamping Dimas di hadapan penghulu. Setelah semuanya siap, penghulu mengambil alih acara. Ijab Kabul dimulai. Mas kawinnya adalah seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar Rp. 9.999.000. Selesai ijab Kabul adalah acara penyematan cincin kawin. Wartawan tidak dijinkan masuk untuk meliput. Mereka hanya meliput dari luar melalui TV besar yang telah disiapkan oleh keluarga Subekti. Sementara itu teman-teman Winda hanya bisa menyaksikan akad nikah Winda dari TV kampus.

Resepsi pernikahan digelar dengan megahnya. Semua kalangan hadir seperti pejabat pemerintahan, orang-orang penting, selebritis dan sampai kalangan bawah. Dari kalangan selebritis tampak Ririn Dwi Ariyanti yang datang bersama dengan Dude Harlino. Ririn dan Dude langsung diminta oleh wartawan untuk mengucapkan sesuatu atas pernikahan Dimas dan Winda. Dude mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuk Dimas dan Winda. Ririn menambahkan agar pernikahannya langgeng sampai akhir nanti yang langsung diaminkan oleh Dude. Setelah diwawancara, mereka langsung ke tempat kedua mempelai untuk mengucapkan selamat. Tapi pas baru melangkah, Doni mencegat mereka dan memperkenalkan dirinya sebagai adiknya Winda. Si Doni kocak dan norak banget. Doni bilang kalo ia nge-fans banget sama mereka. Ririn dan Dude lumayan agak aneh ngeliatan Doni yang (asli) norak banget. Saat melihat kehadiran artis-artis, ayah dan ibu Winda langsung norak dan tanpa malu-malu sampai minta photo bareng segala. Ririn dan Dude juga mengucapkan selamat pada pak Darian dan istrinya. Darian sempat menanyakan tentang produksi sinetron dimana Dude terlibat didalamnya. Kepada Ririn, Darian mengucapkan selamat karena drama yang dimainkan Ririn ratingnya tinggi.

Di acara resepsi pernikahan itu… keluarga Winda, teman2 Winda dan Winda sendiri norak banget. Winda sampai ikut2 an orangtuanya minta photo bareng sama Ririn dan Dude saat kedua seleb itu menyalami Winda. Dimas cuma bisa geleng-geleng kepala dan menahan diri dengan semua kenorakan tersebut. Hadir juga di resepsi pernikahan itu Betran Antolin. Teman2 nya Winda tanpa malu-malu dan tanpa membuang waktu langsung minta photo bareng. Dua pembantu oribadi Winda pun ikut-ikutan norak dan terkagum-kagum melihat Betrand. Saat Betrand menyalami Kuncoro dan Susi, Kuncoro dan Susi nggak kalah noraknya melihat Betrand. Tangan Betrand sampai dijabat lama sekali oleh Kuncoro sambil melongo melihat Betrand. Betrand lalu mengucapkan selamat pada Dimas dan Winda. Betrand juga bilang ke Winda untuk menjaga Dimas. Winda mengiyakan sambil senyum-senyum norak.

Selesai resepsi pernikahan, Dimas dan Winda harus mengadakan konferensi pers yang telah disiapkan oleh Mirna dan Indra. Di konferensi pers, Dimas sempat menyuruh Winda untuk senyum di depan kamera. Winda yang tidak terbiasa dengan kamera akhirnya maksa utk senyum. Sementara itu, di tempat yang jauh, Claudia menerima surat dari Universitas disana bahwa ia diterima. Claudia sangat senang saat membacanya. Pada saat yang sama, Claudia mengetahui bahwa Dimas Subekti telah menikah dengan Winda Gunawan dari layar tv yang ada di kamarnya. Melihat itu, Claudia langsung teringat saat ia masih bersama Dimas. Claudia langsung sedih membayangkan antara saat yang indah itu dengan kenyataan sekarang bahwa Dimas sudah menikah dengan orang lain. Sambil menangis… surat pemberitahuan dari universitas bahwa ia telah diterima itupun dirobek oleh Claudia.

Dimas dan Winda masuk ke kamar pengantin mereka. Fei dan temannya ikut masuk ke kamar untuk membantu Winda melepaskan riasan rambut dan baju pengantin. Dimas langsung mengganti baju pengantinnya dengan kamar jas di toilet. Begitu Dimas keluar dari toilet dan sudah ganti baju, Fei dan temannya langsung sadar. Mereka lalu keluar kamar. Winda memanggil mereka agar jangan keluar krn siapa yang akan membantunya membuka baju pengantin itu. Dimas lansgung menyuruh Winda buka sendiri dan kalau Winda nggak bisa apa perlu ia yang buka. Winda langsung ketakutan. Apalagi pas Dimas mulai menghampirinya. Winda tambah takut dan protes ke Dimas agar jangan macem2 karena pernikahan mereka cuma pernikahan kontrak. Dimas nggak peduli dengan protes Winda. Dimas terus mendekati Winda dan Winda berusaha menjauh yang akhirnya jatuh ke tempat tidur. Dimas tambah dekat. Namun saat sudah dekat Dimas bilang ke Winda kalo ia nggak tertarik dengan Winda dan menyuruh Winda ganti baju karena ia gerah melihat Winda pake baju itu.

Keluarga Subekti sedang bersantai bersama. Dimas dan Winda juga ada bersama mereka. Papa dan mamanya Dimas menanyakan rencana bulan madu mereka. Darian menawarkan berbagai alternative tujuan seperti ke Eropa atau ke Amerika. Namun Dimas dengan santainya menjawab bahwa mereka nggak usah jauh-jauh bulan madunya karena mereka masih kuliah. Ia dan Winda sudah merencanakan bulan madu ke Ancol saja. Winda yang tidak tahu menahu soal itu langsung kaget mendengarnya dan sekaligus kecewa. Dalam hatinya ia menggerutu sendiri bahwa dengan begitu hilang kesempatannya untuk pergi keluar negeri, padahal ia juga belum pernah naik pesawat. Bukan cuma Winda yang kaget, tapi papa dan mamanya Dimas juga heran bahwa mereka hanya akan bulan madu ke Ancol. Rahmayani, Oma Dimas lalu bertanya pada Winda apakah Winda setuju. Winda ragu-ragu mau menjawab dan masih mikir-mikir. Dimas yang melihat Winda ragu-ragu mau menjawab, langsung mengisyaratkan Winda dengan menginjak kaki Winda. Spontan Winda kesakitan, dan akhirnya sambil meringis kesakitan yang disamarkan Winda bilang bahwa ia memang belum pernah ke Ancol. Dimas langsung menimpali omongan Winda dengan meyakinkan orangtuanya dan omanya bahwa bulan madu ke Ancol itu juga atas permintaan Winda. Oma, mama dan papa Dimas pun hanya bisa menerima kemauan anak dan menantu mereka. Pada kesempatan itu, Dimas juga menyampaikan bahwa ia dan Winda akan tinggal di rumah mereka sendiri. Awalnya Ayunita, mamanya Dimas keberatan, namun setelah Darian menyetujui, Ayunita pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Rahmayani juga setuju, namun dengan syarat bahwa Indra, Fei dan asprinya Winda yang satu lagi (lupa namanya) harus ikut dengan mereka. Dimas setuju.

Dimas dan Winda sampai di rumah mereka dengan diantar oleh Indra. Winda yang norak langsung takjub dengan rumah mereka. Winda sampai meminta Dimas untuk meyakinkannya bahwa ini adalah rumah mereka. Dimas mengiyakan dengan kesal karena melihat Winda yang norak banget “Iya… anak kampung. Sekarang juga kita ke dalam ya.” Mendengar jawaban Dimas Winda jadi kesel dan ngomel-ngomel “Lo itu kenapa sih? Elo tuh yang be-go. Dimana-mana orang kampung emang norak” Oom Indra diam-diam meperhatikan adu mulut Dimas dan Winda dan ketawa mendengar ocehan Winda dari belakang Winda.

Dimas masuk ke rumah duluan meninggalkan Winda yang masih kerepotan dengan sepatu hak tingginya. Dimas lalu memanggil Winda untuk masuk. Tapi Winda malah nanya toilet karena ia sudah kebelet. Dimas bilang “Ya udah ikut gue dulu.” Tapi Winda maksa untuk dikasih tahu dimana toilet. Dimas jadi kesal dan sampai harus bicara keras ke Winda “Iya ntar dulu!!” Winda akhirnya mengikuti Dimas sambil menggerutu “Emangnya gw pembantu apa? Disuruh-suruh kayak gitu.” Setelah sampai di depan sebuah ruangan, Dimas menunjukan ruangan yang ada di samping mereka itu kepada Winda. Sebuah ruangan dengan pintu dari kaca yang isinya adalah peralatan dan perlengkapan seni rupa. Winda kaget dan sekaligus senang melihat ruangan itu. Dimas bilang ke Winda bahwa semua itu bisa menjadi milik Winda asalkan Winda janji satu hal yaitu jangan pernah mengganggu urusannya. Winda setuju. Setelah itu Dimas bilang ke Winda bahwa ia akan tunggu Winda diluar karena sekarang waktunya mereka honey moon dan mereka harus segera chek-in. Setelah Dimas keluar ruangan, Winda berteriak-teriak dan loncat-loncat kegirangan.

Dimas dan Winda sampai di hotel tempat bulan madu mereka dengan diantar Indra. Om Indra lalu pamit dan berjanji akan menjemput mereka dua hari lagi. Dimas bilang nggak usah karena nanti ia bisa pulang sendiri. Tapi Om Indra berkeras untuk menjemput. Lalu Om Indra pamit. Winda masih menunggu Om Indra pergi sementara Dimas langsung ngeloyor masuk hotel meninggalkan Winda di depan sendirian. Selesai mengantar Om Indra, Winda melihat Dimas sudah nggak ada disampingnya. Winda keki lagi karena seperti biasa Dimas selalu jalan duluan dan meninggalkan dia sendirian. Winda lalu setengah berlari menyusul Dimas.

Sampai di kamar hotel, Winda masih norak. Dengan noraknya Winda bertanya ke Dimas ttg sebuah saklar/ tombol yang ada di dinding kamar yang dikira Winda adalah bel kamar dan kenapa bel ada di dalam kamar bukan diluar. Dimas yang selalu bete kalo noraknya Winda udah muncul bilang ke Winda “Udah deh… nanti rusak aja. Ahh! Bisa nggak sih sehari itu nggak kampungan?!” Dibilang kayak gitu oleh Dimas, Winda pun nggak mau kalah dan balik bilang ke Dimas “Heh… bisa nggak sih elo itu tadi nggak nyela gw? Males gw ngeladenin elo. Dasar monyet! Jelek! Wuek! Wuek! ” Dimas tidak membalas dan hanya menahan diri.

Sementara itu di tempat Claudia, ibu pembimbing Claudia mencari-cari Claudia di kamarnya. Namun gurunya tidak menemukan Claudia di kamarnya.

Dimas membangunkan Winda yang masih tidur. Dengan terpaksa Winda bangun. Dimas menyerahkan sebuah kontrak pada Winda untuk Winda tandatangani. Dimas menyuruh Winda membacanya dulu dan jika Winda setuju baru ditandatangani. Tapi Winda langsung tandatangan tanpa membaca isi kontrak dan percaya begitu saja sama Dimas. Dimas mengingatkan bahwa jika Winda sudah tandatangan, maka Winda harus mentaati isi kontrak tsb. Winda nggak peduli karena baginya tanda tangan atau tidak tangan itu tidak ada bedanya. Winda lalu menandatangani kontrak tsb dengan santainya. Winda percaya aja sama Dimas karena Dimas kuliah di jurusan bisnis hukum dan Winda juga percaya kalau tidak akan ada pihak yang dirugikan. Selesai menandatangani, Winda lalu mengajak Dimas berjabatan tangan sebagai tanda bahwa kontrak itu sah. Dimas lalu menambahkan bahwa misalnya di anatar mereka ada yang melanggar, pihak yang merasa dirugikan bisa mengajukan tuntutan. Dengan santainya Winda menjawab “Ya udah! Siapa takut?!”

Sementara itu, di London, Anyelir Ibu Aditya sedang menelpon anaknya menanyakan kabar Aditya. Anyelir juga mengatakan bahwa ia sudah melihat berita pernikahan Dimas di TV. Anyelir mengatakan bahwa ia tidak melihat Aditya di antara para tamu yang diundang. Aditya mengelak dengan mengatakan bahwa tamu yang hadir banyak sekali. Anyelir lalu mengatakan bahwa 2 hari lagi ia akan ke Indonesia. Anyelir mengatakan pada Aditya bahwa ia tidak akan melupakan perlakuan keluarga Subekti pada mereka dan ia akan membuat keluarga Subekti merasakan apa yang mereka rasakan. Aditya sepertinya tidak senang dengan percakapan itu. Aditya lalu mengalihkan pembicaraan dan segera mengakhiri percakapan tsb.

Dimas dan Winda makan malam di restauran hotel. Saat sedang memesan menu, ada sepasang suami istri yang selalu memperhatikan Dimas. Si suami lalu minta ijin untuk mem-photo Dimas dengan alasan atas permintaan istrinya yang ngefans berat sama Dimas. Tapi Dimas menolak dengan kasar padahal mereka hanya minta photo. Winda kaget atas penolakan Dimas tsb dan berusaha jadi penengah dan juga berusaha menenangkan Dimas. Tapi Dimas malah memanggil security/ manajer hotel, dan meminta agar security/manajer hotel itu mengurus orang-orang tsb karena mereka telah mengambil photonya tanpa minta ijin terlebih dahulu. Jika pihak hotel tidak mau mengurusnya, maka Dimas yang akan menuntut pihak hotel. Pihak hotel lalu segera meminta suami istri tsb untuk ikut dengan mereka. Winda mencoba untuk menengahi masalah dengan mengatakan pada semua bahwa mungkin ini semua adalah kesalahpahaman dan mau minta maaf pada suami istri tsb. Namun usaha Winda itu sia-sia. Dimas yang sudah sangat kesal dengan peristiwa itu tidak jadi makan malam disitu dan ia pun ngeloyor pergi meninggalkan Winda berjalan ke lift hotel. Winda menyusul Dimas sambil manggil-manggil Dimas dan ngoceh-ngoceh “Eh Dimas, gw pikir tuh elo cuma rese ama gue doang, tapi ternyata dasarnya lo juga rese sama semua orang ya?” Dimas lalu bilang ke Winda “Lo tuh jangan sok tau deh!” Winda nggak nyerah dan bilang lagi ke Dimas “Eh Dimas, lo tuh gimana sih? Lo yang bilang ke gue supaya gue menjaga nama baik keluarga elo dan sekarang malah elo yang menjelekkan keluarga elo sendiri.” Dimas masih tampak kesal dan bilang ke Winda “Lo itu tau apa sih? Hah?! Elo itu tau apa, gw tanya?! Lo tau mereka itu siapa? Mereka itu wartawan dan dari pagi mereka udah ngincar gua! Mereka mau cari gara-gara sama gua!” Winda masih nggak percaya “Masa iya sih? Elo salah kali.” Dimas lalu mempertanyakan Winda balik “Elo nggak percaya sama gua?” Winda akhirnya nyerah juga dan bilang bahwa mungkin Dimas benar. Percekcokan antara Dimas dan Winda pun selesai juga akhirnya. Dimas dan Winda menunggu lift terbuka. Sambil nunggu, Winda megang2 perutnya. Dimas melihatnya dan tanya ke Winda “Elo itu laper ya.” Dengan semangat Winda langsung menjawab iya. Tapi ia minta makannya diluar sambil memohon sama Dimas. Tak disangka Dimas menuruti kemauan Winda itu.
Winda mengajak Dimas makan di tenda pinggir jalan di warung pecel lele. Dimas nggak percaya Winda membawanya ke tempat seperti itu. Dimas merasa aneh berada di tempat itu. Dimas lalu meminta Winda untuk makan yang kenyang aja disini, dan ia akan menunggu Winda di mobil aja. Dimas mau beranjak pergi, tapi Winda melarangnya dan minta Dimas untuk tetap duduk disini bersamanya. Lucunya lagi-lagi Dimas menuruti kemauan Winda meskipun dengan berat hati. Dimas pun duduk lagi. Tak lama pesanan Winda datang. Nasi dan pecel Lele. Winda makan dengan lahapnya. Dimas merasa nggak betah melihat Winda makan dan cara makan Winda yang (asli) kayak nggak ada aturan. Winda lalu meminta Dimas untuk mencicipi makanannya yang menurutnya adalah pecel lele yang paling enak. Dimas nggak mau dan minta Winda untuk makan aja dan nggak usah ngomong. Winda maksa Dimas untuk mencoba makananya. Winda sampai maksa Dimas dengan menyuapkan Dimas pake tangannya. Dimas awalnya tetap menolak dan selalu bilang enggak. Tapi akhirnya untuk kesekian kalinya, Dimas pun menuruti Winda dengan menerima satu suapan dari Winda. Tapi begitu makanan itu masuk ke mulutnya. Dimas langsung kepedesan dan sampai batuk-batuk. Lagi batuk-batuk, Dimas sempat menerima telpon dari Om Indra tentang peristiwa di hotel tadi. Dengan susah payah krn kepedesan Dimas bicara di telpon. Selesai bicara di telpon, tanpa rasa bersalah Winda nanya ke Dimas apa Dimas masih kepedesan. Dimas diam aja. Tak lama kemudian, Dimas memegangi perutnya.

Winda menunggui Dimas yang sedang di dalam WC umum dekat situ sambil bersiul. Dimas keluar dari WC umum. Winda menertawai Dimas yang sakit perut. Dimas lalu bilang ke Winda bahwa ia nggak bisa makan sembarangan. Winda dengan gaya ngeledeknya bilang ke Dimas “Lho? Gue kan nggak tau, Dimaas.”

Berita tentang Dimas dan Winda tidur terpisah akhirnya sampai juga ke telinga Ayunita. Ayunita mengetahui dari Mirna bahwa Dimas minta dipesankan sweet room dengan ranjang terpisah. Ayunita lalu segera memberitahukan Darian tentang hal tsb. Mendengar itu Darian langsung marah dan mencurigai Dimas mempermainkan mereka semua. Ayunita menenangkan Darian karena ia sangat mengenal Dimas. Dimas sudah menjalankan amanat opanya. Menurutnya lagi Dimas masih perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan Winda. Indra yang ada disitu juga membenarkan ucapan Ayunita. Tapi Darian bilang ke Ayunita bahwa pernikahan mereka itu bukan main-main. Keluarga ini membutuhkan penerus dari Dimas dan Winda. (Hhoho… tambah runyam deh)

Keesokan paginya, Dimas lagi santai-santai di pinggir kolam renang sambil membaca buku. Winda datang dan mengganggu Dimas. Winda berjalan ke pinggir kolam renang dan naik ke tempat duduk khusus untuk pengawas kolam renang (life guard). Lumayan tinggi juga, kira-kira 2 meter. Dimas hanya memperhatikan Winda sesekali sambil terus membaca buku. Winda lalu memanggil Dimas “Eh monyet! Gw disini ya.” Winda berdiri di kursi itu dan bertanya ke Dimas apakah Dimas pernah meloncat ke kolan renang dari ketinggian itu. Dimas melihat Winda dan dalam hati bertanya “Ngapain sih tu orang? Aduh!” Krn Dimas nggak menjawab, Winda pun meledek Dimas “Ah lo paling nggak bisa kan? Dasar cemen!” Setelah beberapa saat berdiri di kursi itu Winda takut juga, Winda pun turun lagi. Dimas melihat Winda turun, dan kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Dimas untuk balas meledek Winda. Dimas teriak dari seberang kolam, masih nggak beranjak dari tempatnya bersantai “Kenapa? Lo takut? Kalo takut, nggak usah sok-sok an dari tadi.” Nggak diterima dibilang takut, Winda pun mengelak kalo ia takut dan bilang ke Dimas kalo Ia cuma mau melepas kimononya. Setelah melepas kimononya, Winda naik lagi ke kursi itu, mengambil posisi yang sama. Dimas cuek aja, tapi tetep sesekali melihat Winda. Setelah diatas, Winda memanggil Dimas dan bilang kalo ia mau loncat untuk sekedar menunjukkan ke Dimas kalo ia nggak takut. Pas di atas Winda takut juga. Winda ragu. Tapi Winda berpikir lagi… nggak mungkin ia hanya berdiri aja disitu. Padahal ia udah sok jago ke Dimas dari tadi. Winda pun mengambil ancang2x untuk melompat. Setelah beberapa saat Winda pun lompat dengan berteriak. Dimas tetap cuek aja. Setelah beberapa saat Winda nggak muncul-muncul ke permukaan kolam, Dimas mulai cemas. Dimas pun mulai bergerak untuk melihat ke kolam dan menunggu… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 6 Benci Bilang Cinta


Dimas menunggu Winda muncul ke permukaan kolam, tapi tunggu punya tunggu, Winda nggak muncul juga. Winda tenggelam. Saat itu juga Dimas terjun ke kolam renang menolong Winda. Dimas membawa Winda ke pinggir ke kolam renang. Winda tidak sadarkan diri. Pegawai hotel mencoba membantu, tapi Dimas bilang kepada mereka bhw ia bias menanganinya. Dimas membangunkan WInda, namun Winda nggak sadar-sadar juga. Dimas cemas melihat Winda nggak sadar-sadar juga. Dimas lalu melakukan CPR ke Winda dan memberikan napas buatan. Winda akhirnya sadar dengan terbatuk-batuk. Setelah Winda sadar Dimas langsung memarahi Winda yang telah berlaku bodoh itu “Bisa nggak sih sehari nggak bikin orang stress!! Jangan becanda kayak tadi dong! Ah!! Kalo lo mati, siapa yang tanggug jawab? Gua!!! Dimarahi Dimas, Winda tentu saja nggak terima. Winda membela diri dengan berkata “Eh,,, siapa yang becanda? Gue kan nggak ngerencanain jatoh kayak tadi. Elo sih yang salah pake ngeledekin gue segala! Uhh! Rese lo! Kalo nggak lo ledekin, gue juga nggak akan lompat.” Winda bilang ke Dimas sambil nangis. Melihat Winda nangis, Dimas yang tadinya marah-marah akhirnya melunak. Dimas minta maaf ke Winda dan mengakui bahwa itu salahnya. Tapi Dimas bilang bahwa ia tidak mengira bahwa Winda itu bukan tipe anak kecil yang gampang diledekin kayak tadi. Karena kesal bercampur malu Winda minta pulang dan bilang ke Dimas bahwa bulan madu mereka selesai sampai disini. Dimas mengiyakan dan bilang bahwa sekarang juga mereka beres2x dan pulang.

Hari itu juga Dimas dan Winda check out dari hotel. Om Indra yang menjemput. Winda bilang ke Om Indra bahwa ia ingin pulang bareng dengan Om Indra aja. Om Indra heran dan melihat ke Dimas. Tapi Dimas bilang terserah Winda, dan biar ia pulang bawa mobil sendiri aja. Winda ketiduran di mobil. Pas sudah sampai di rumah, seperti biasa Winda susah kalo dibangunin. Dimas jadi kesal dan minta dua asprinya Winda utk ngurusin Winda.

Keesokan paginya Winda bangun. Winda heran ia ada dimana. Fei dan temannya kompak menjawab bahwa Winda ada di kamarnya. Winda tiba-tiba teringat dengan peristiwa di kolam renang kemarin Winda teringat sesuatu dan ingin mengkonfirmasikannya ke Dimas. Winda tanya Dimas ada dimana pada Fei. Fei menjelaskan bahwa Dimas sedang jogging di luar.

Winda menghampiri Dimas. Dimas langsung nyuruh Winda mandi dan siap2 setelah itu mereka berangkat ke kampus. Tapi Winda mau nanya sesuatu ttg peristiwa kemarin di kolam renang waktu ia pingsan. Winda mau nanya ke Dimas tapi kayak orang kebingungan yang mau nanya nggak jadi… mau nanya nggak jadi “Itu… itu.. yang itu.. yang ngasih...” Melihat gelagat Winda, Dimas langsung nebak “CPR? Iya! Itu yang gw yang ngasih.” Tapi Dimas segera menambahkan bahwa ia bukannya bangga melakukan itu. Kalo ada ikan disitu, ia akan minta ikan untuk melakukannya, tapi sayangnya nggak ada ikan. Winda masih belum yakin dan mau menegaskan lagi bahwa CPR dari mulut ke mulut. Dimas mengiyakan. Mendengar itu Winda jadi teriak dan nangis kayak anak kecil. Bagi Winda itu ciuman pertamanya dan Winda nyesel banget karena kenangan ciuman pertamanya dirusak sama Dimas. Dimas menjelaskan pada Winda bahwa itu adalah CPR dan nggak ada cinta atau perasaan apapun. Dimas bilang lagi ke Winda bahwa ia melakukannya karena tidak ada orang lain selain dirinya disitu, dan kalau ada security, maka ia akan minta security yang melakukannya. Bukannya tenang, Winda malah tambah teriak dan marah-marah nggak jelas. Winda lalu masuk ke rumah dan langsung ke kamar mandi marah-marah sendiri soal CPR itu. Winda mencuci muka dan mulutnya terus sambil ngoceh-ngoceh.

Keluarga Dimas mengetahui bahwa Dimas dan Winda tidak tidur seranjang. Meskipun heran, mereka berusah mengerti dan bersabar.

Dimas sedang sarapan pagi dan dilayani oleh Om Indra. Winda sdh siap utk ke kampus dan melihat Dimas lagi sarapan. Dimas ngeliat WInda dan menawarkan sarapan. Tapi Winda nggak mau. Winda malah nanya2 soal Om Indra yang selalu bersama dengan Dimas. Semuanya ditanyain… kerjaan Om Indra apa… keluarganya Om Indra dimana. Om Indra menjelaskan semuanya. Tapi Dimas lalu mengingatkan Om Indra tentang Om Edwin yang sudah menunggu dari tadi. Om Indra pun mengajak WInda menemui Om Edwin.

Winda bertemu Om Edwin mengenai masalah hukum. Om Edwin adalah pengacara keluarga Subekti. Om Edwin menjelaskan pada Winda bahwa ia disini untuk menjelaskan hak-hak yang akan diperoleh WInda sebagai istri Dimas. Om Edwin lalu menyerahkan berkas kontrak kepada Winda yang harus ditandatangani. Betapa kagetnya Winda saat mengetahui isi kontrak tersebut bahwa ia akan menerima uang sebesar Rp. 10 M tiap bulan sebagai istri Dimas. Winda seolah nggak percaya dengan apa dibacanya. Winda sampai menghitung jumlah angka nol di belakang angka 1 di kontrak yang sedang ia baca. Om Edwin juga menjelaskan bahwa semua hak itu akan WInda terima selama WInda menjadi istri Dimas. Winda nanya ke Om Edwin seandainya ia mau bercerai dengan Dimas gimana. Om Edwin bilang bahwa nggak ada pembicaraan soal perceraian. Selesai menandatangani kontrak itu, Om Edwin permisi. Saat sudah sendirian, Winda lompat-lompat kegirangan sambil ngomong “Emang enak jadi orang kaya” Dimas yang baru masuk heran melihat Winda lagi kegirangan dan Tanya “Lagi ngapain lo.” Winda nggak mau bilang yang sebenarnya. Dimas lalu mengajak Winda berangkat ke kampus.

Turun dari mobil Dimas menggandeng tangan Winda masuk ke kampus. Anak-anak kampus langsung heboh begitu melihat Dimas dan langsung nyerbu mengelilingi Dimas dan Winda. Mereka ngambil photo DImas dan WInda. Dimas akhirnya berhasil melepaskan diri dari kerumunan itu, tapi Winda malah keterusan. Kayak orang norak, ia membiarkan dirinya diphoto. Dimas dari jauh ngasih kode ke Winda supaya Winda berhenti. Begitu sampe di depan Dimas, WInda langsung dimarahi lagi oleh Dimas. Dimas mengingatkan Winda soal perjanjian mereka bahwa mereka tidak boleh mempermalukan diri satu sama lain. Dimas lalu memberitahu Winda, pulang dari kampus nanti Ia akan tunggu WInda di hall dan minta Winda jangan ngayap. Winda bilang “OK Boss!” sambil memberikan hormat.

Winda berjalan menuju kelasnya. Di luar kelas ia bertemu Aditya. Winda mengenali Aditya sebagai orang yang dulu mobilnya pernah ia masuki. Aditya mengembalikan sendal Winda yang dulu ketinggalan di mobilnya. Winda senang banget menemukan sendalnya kembali yang dinamai Gembel.

Masuk ke kelas ternyata Winda mendapat perlakuan yang kurang baik dari teman-temanya. Winda seolah dimusuhi dengan alas an Winda sudah berubah. Winda berusaha membuktikan kepada teman-temannya bahwa ia masih Winda yang dulu. Si gembel dan kaos kaki warna-warni noraknya itupun dipakainya sebagai bukti.

Sementara itu, Dimas tidak sengaja berpapasan dengan Claudia di koridor. Dimas canggung bertemu Claudia. Dimas tanya tentang Julliete Univ. Claudia menjelaskan bahwa ia memtuskan untuk tidak mengambil beasiswa itu. Dimas Tanya kenapa. Claudia mau menjelaskan “Karena…” Dimas tidak mau menunggu Claudia menyelesaikan penjelasannya. Dimas lalu bilang “Nanti kita ketemu lagi ya.” Dimas lalu pergi meninggalkan Claudia. Claudia lalu disambut oleh teman-teman Dimas.

Winda masih harus menghadapi teman-temanya. Indah dan Dian menyuruh Winda nyanyi lagu potong bebek angsa di depan kelas dengan huruf vokalnya diganti dengan huruf O. Winda terpaksa nyanyi di depan dan menjadi bahan tertawaan seluruh kelas. Selesai Winda nyanyi, semua temannya maju dan memberikan kejutan pada Winda. Ternyata Winda dikerjain.

Di toilet saat sedang membersihkan rambut dan bajunya dari kertas2 krn dikerjai oleh teman2 nya, Winda bertemu Claudia. Winda mau bersikap ramah dan memperkenalkan diri pada Claudia. Tapi Claudia menyambutnya dengan jutek. Claudia bilang bahwa mereka tidak akan pernah bias jadi teman dan Dimas pasti akan kembali padanya. Winda kesal dan menggerutu di luar toilet. Tapi nggak lamaWinda berpikir, ngapain dia harus kesal, toh dia juga nggak cinta ama Dimas “Ambil aja tuh, Dimas!”

Dimas dan teman2 nya mau makan siang. Ketika melihat Claudia ikut, Dimas langsung menampakan ketidak-sukaannya. Caludia tahu diri dan bilang ke semua bahwa ia nggak bias ikut karena ada janji dengan Ibu Linda. Claudia pun pergi meninggalkan mereka. Namun saat menyeberang jalan, ada sebuah mobil melintas dan Claudia tidak menyadarinya. Dimas melihat Claudia dalam bahaya dan langsung berlari menyelamatkan Claudia. Dimas dan Claudia jatuh ke aspal. Tangan Dimas terluka dan berdarah.

Winda yang sedang makan siang bersama Aditya, Dian dan Indah di kantin. Tiba-tiba seorang teman memberitahu Winda bahwa Dimas kecelakaan dan sekarang ada di medical centre. Winda kaget dan langsung meninggalkan makanannya dan teman2 nya. Winda berlari menuju Medical Center. Winda tiadk mendengar lagi saat teman2nya memanggilnya.

Claudia merawat tangan Dimas yang terluka. Claudia bilang ke Dimas bahwa sebenarnya Dimas tidak harus melakukan itu. Dimas menjelaskan bhw ia hanya tidak mau Claudia celaka. Tadinya Claudia sempat berpikir bahwa Dimas tidak peduli lagi padanya. Dimas lalu mengatakan yang sebenarnya pada Claudia bahwa ia bersikap nggak peduli karena ia tidak bisa melupakan Claudia, cinta mereka dan semua kenangan mereka. Claudia memegang tangan Dimas. Sementara itu Winda sudah sampai di depan pintu medical centre dan melihat Dimas sedang bersama Claudia di dalam. Winda menghentikan langkahnya dan nggak jadi masuk. Winda berdiri di balik pintu sejenak. Namun Winda akhirnya mengintip ke dalam dan mendengar Claudia sedang mengatakan pada Dimas bahwa alasan Claudi kembali adalah demi Dimas dan Claudi nggak peduli meskipun Dimas sudah menikah. Winda kaget mendengarnya sekaligus sedih dan kesal pada saat bersamaan… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 7 Benci Bilang Cinta


Dimas meminta Claudia untuk melupakan semuanya… dan apa yang mereka lakukan sekarang hanya memperburuk keadaan. Claudia minta maaf dan meminta Dimas agar tidak lagi bersikap dingin padanya. Dimas pun berjanji bahwa ia tidak akan bersikap dingin lagi pada Claudia. Sementara itu Winda masih berdiri di balik pintu mendengarkan semua percakapan antara Dimas dan Claudia. Dimas berniat meninggalkan ruangan perawatan. Winda panik saat mengetahui Dimas akan keluar ruangan. Winda cepat-cepat menyembunyikan dirinya di balik tembok tangga kampus tak jauh dari tempat itu. Winda terlihat sedih dan kesal.

Winda berjalan kembali ke kantin ke tempat teman2 nya makan tadi. Aditya sudah tidak ada. Wajah Winda yang sedih tak luput dari penglihatan teman2 nya. Saat duduk bersama teman2 nya Dian dan Indah pun wajah Winda masih terlihat sedih sampai2 mereka mengira telah terjadi hal yang buruk pada Dimas. Mereka langsung menghibur Winda. Tapi Winda menda-dak ceria dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan bilang bahwa tidak terjadi apa2 dengan Dimas, hanya luka kecil doang. WInda teringat bahwa Dimas sedang menunggunya sekarang. Ia langsung pamit pada teman2 nya dan setengah berlari menuju tempat dimana Dimas sedang menunggunya. Saat sedang berjalan terburu-buru itu Winda bertemu Aditya di koridor kampus. Aditya bertanya Winda mau kemana kok buru-buru amat. Winda menjawab bahwa ia mau pulang. Aditya mau bicara lagi tapi tiba-tiba HP Winda bunyi dan ternyata Dimas yang menelpon. Winda bilang ke Dimas bahwa ia sedang menuju kesana. Winda pamit pada Aditya yang ikut berjalan bersama Winda sampai pintu kampus. Winda masuk ke mobil. Aditya yang tampak ingin bicara sesuatu hanya bisa melihat Winda masuk ke mobil. Dari dabelum masuk mobil Winda mengucapkan terima kasih ke Aditya atas hari ini. Dimas yang ada di dalam mobil juga pamit ke Aditya.

Dimas melihat kaos kaki warna-warni dan sandal jepit kesayangan Winda itu dipakai oleh Winda lagi ke kampus. Dimas langsung marah dan protes “Lo bisa nggak sih ke kampus itu nggak pake kaos kaki dan sandal jepit lo yang kampungan itu. Sekarang juga copot!!” Winda langsung membuka kaos kaki dan sendalnya sambil bilang “Ini juga mau diganti kok.” Dimas melanjutkan lagi “Dan gue nggak mau orang menilai lo kampungan.” Om Indra yang duduk di depan senyam-senyum mendengar pertengkaran mereka berdua. Dimas memegangi telapak tangannya yang diperban. Winda melihatnya dan tanya tangan Dimas kenapa. Jawaban Dimas singkat “Jatuh.” Winda masih penasaran “O ya? Kok bisa? Emangnya ngapain?” Tapi Dimas nggak mau memperpanjang dan nggak menanggapi pertanyaan Winda. Di perjalanan Winda ngambek lagi ke Dimas, kali ini gara-gara Dimas nggak menuruti keinginan Winda yang ingin mampir ke rumahnya sebentar mumpung mereka ngelewatin rumahnya. Winda bilang bahwa ia sudah kangen dengan ayah, ibu dan adiknya. Meskipun Winda memohon, Dimas tetap tidak mengijinkan. Dimas menjawabnya dengan bertanya pada oom Indra tentang jadwal mereka selanjutnya. Oom Indra mau menjelaskan panjang lebar, tapi langsung dipotong sama Winda… “Udah nggak usah dilanjutin. Pusing!” Winda langsung pasang tampang kesel nya.

Sementara itu di rumah keluarga Winda… ayah dan ibunya Winda juga sedang kangen dengan Winda. Saat makan siang, ayah dan ibunya masih berpikir untuk menyisakan makanan untuk Winda. Saat Doni adik WInda mau mengambil makanan itu, ayah dan ibunya serentak memarahi Doni. Mereka berniat mau telpon WInda, tapi Susi ibunya WInda tidak setuju, karena ia takut Winda malah minta pulang. AKhirnya mereka hanya bias menahan kekangenan mereka itu, kecuali Doni yang masih sibuk dengan makanannya.

Dimas dan Winda tiba di D TV dan langsung disambut oleh para manajer dan karyawan2. Dimas memeperkenalkan Winda sebagai istrinya kepada semua orang disitu. Sambutannya cukup lain dari biasanya. Si manajer mengatakan bahwa sambutan ini memang khusus dibuat untuk Winda. Mendengar itu Winda kesenengan dan cengar-cengir karenanya. Setelah penyambutan dan perkenalan, salah satu dari manajer menawarkan untuk mengantar Winda untuk berkeliling kantor dengan meminta ijin pada Dimas terlebih dahulu. Sementara Winda berkeliling melihat kegiatan shooting dan lain-lain, Dimas bersama dengan Oom Indra membicarakan tentang program TV dan kegiatan Centro TV pesaing utama D TV.

Winda berkeliling ke seluruh kantor D TV. Dari satu studio ke studio berikutnya dan sampai ke ruang make up pun dikunjungi. Dengan noraknya Winda kegirangan melihat semua itu… nanya ini… nanya itu… nebak ini… nebak itu. Setelah puas berkeliling, si manajer mengantarkan Winda ke ruangan Pak Darian dimana Dimas dan Oom Indra sedang berdiskusi. Pak Darian sendiri sedang tidak di kantornya karena sedang ada urusan di luar kantor. Setelah mengantar Winda kembali pada Dimas, si manajer pun pamit. WInda mengucapkan terima kasih. Dan si manajer bilang sama-sama seraya menambahkan embel2 pujian… “Saya senang menemani nona WInda yang cantik. Memang sangat serasi dengan mas Dimasnya.” Winda senyum-senyum norak mendengar pujian itu, sementara Dimas malah merasa bahwa si manajer itu lagi cari muka padanya dengan menggerutu kecil yang tidak terdengar oleh si manajer “Dasar penjilat.”

Claudia sedang makan malam dengan pembimbing musiknya yaitu ibu Linda di sebuah restauran. Claudia sedang minta maaf pada ibu Linda karena ia telah mengecewakan ibu Linda dengan mengabaikan usaha keras ibu Linda selama ini agar ia bias diterima di Juliete University. Sementara di meja yang lain dan masih dalam restaurant yang sama, Aditya sedang makan malam bersama ibunya, Anyelir. Mereka tampak sedang menunggu kedatangan seseorang. Tak lama seorang laki-laki paruh baya datang menghampiri meja mereka. Anyelir langsung mengenali orang tsb. Anyelir memperkenalkan orang itu pada Aditya sebagai teman lamanya, namanya Bp. Haris. Bp. Haris ini dulu adalah tangan kanannya Pak Bagio opanya Dimas. Dan sekarang ia bekerja di Centro TV sebagai direktur operasional. Saat Haris menyebut Cento TV, Aditya langsung bereaksi dan agak terkejut mendengarnya “Centro TV?” Tapi Anyelir cepat2 mengambil alih pembicaraan. Anyelir dan Pak Haris pun membuat temu janji untuk membahas lebih lanjut urusan mereka. Pak Haris pun pamit.

Tanpa sengaja Linda, ibu pembimbing Claudia melihat Anyelir dan langsung mengenalinya. Linda menyapa Anyelir dan bertanya apakah Anyelir masih mengingat dirinya. Agak lama baru Anyelir mengingat Linda. Mereka pun bertegur sapa layaknya teman lama. Claudia melihat Aditya dan demikian sebaliknya. Claudia pun menyapa Aditya. Claudia sempat mengira bahwa Anyelir adalah pacar Aditya. Tapi langsung dikoreksi oleh Linda bahwa Anyelir adalah ibunya Aditya. Setelah Anyelir dan Aditya pergi, Linda menjelaskan pada Claudia bahwa wanita itu adalah Anyelir Subekti.

Di rumah keluarga Subekti… Mirna memberikan laporan kepada Ayunita, ibu Dimas tentang kedatangan Anyelir. Ayunita meminta Mirna untuk selalu waspada dengan segala tindakan Anyelir dan selalu melaporkan perkembangan yang terjadi padanya.

Sementara itu di rumahnya Winda sedang membuat patung di ruang kerjanya ditemani oleh asisten pribadinya Fei dan temannya. Sambil bikin patung, Winda ngerumpi sama 2 asprinya itu. Ngerumpiin Mirna. Mirna yang masih jomblo dan Mirna yang wanita karir. Mereka juga negrumpiin Dimas dan Aditya. Fei dan temannya itu saling membandingkan Dimas dan Aditya. Yang satunya suka tipe cowok yang kayak Dimas, dan yang satunya lagi suka dengan cowok yang type nya kaya Aditya. Winda yang masih belum tahu kalau Aditya itu adalah sepupunya Dimas bertanya ke Fei siapa Aditya itu. Mereka malah balik bertanya masa Winda nggak kenal dengan Aditya. Mereka berdua menjelaskan bahwa Aditya itu adalah sepupunya Dimas yang baru pulang dari luar negeri. Aditya itu orangnya baik dan jarang muncul di publik. Waktu pernikahannya Winda dan Dimas, Aditya pun hanya datang sebentar. Fei dan temannya akhirnya memperdebatkan mana yang lebih keren antara Dimas dan Aditya…

Kembali ke rumah keluarga Subekti… Ayunita membicarakan tentang kedatangan Anyelir kepada suaminya, Darian Subekti. Ayunita khawatir bahwa kembalinya Anyelir ke Indonesia ada hubungannya dengan Dimas. Darian mengatakan bahwa semuanya itu bukan kesalahan Ayu. Dan kalau saja ia bias kembali ke masa lalu, ia akan berusaha sekuatnya untuk tidak menyakiti Ayu. Ayu mengatakan bahwa yang penting baginya Darian tahu bahwa ia melakukan semuanya untuk melindungi keluarganya. Dan yang penting sekarang mereka telah kembali dan biar bagaimanapun Darian pasti tetap menyayangi Aditya.

Dalam suatu kesempatan Winda berhasil mengambil HP milik salah satu asprinya. Kesempatan itu digunakan oleh WInda untuk menelpon rumah. Agar tidak ketahuan Winda sembunyi di kamar mandi. KEluarganya kaget saat mereka terima telpon dari Winda. Ayah, ibu dan adiknya berebut mau bicara dengan Winda. Mereka menanyakan kabar WInda dan sebaliknya. WInda juga sempat memberitahu ayah dan ibunya bahwa mereka sekarang kaya. Ayah dan ibunya kaget. Mereka lalu teriak dan lompat2 kegirangan mendengar kabar itu. WInda nggak bias kama2 telpon dan segera mengakhiri percakapannya.

Aditya dan Anyelir berziarah ke makam ayahnya Aditya. Selesai ziarah, anyelir sudah ditunggu oleh Pak Haris direktur operasional Centro TV. Anyelir pun pergi bersama Pak Haris. Aditya membiarkan ibunya pergi, tapi di benaknya masih penuh dengan tanda tanya ada hubungan apa antara ibunya dengan Pak Haris.

Dimas sedang bersama Oom Indra yang mengatur jadwal Dimas hari ini. Winda datang dan melihat Dimas sedang membuka perbannya pelan-pelan. WInda sebel ngeliat Dimas hati-hati banget ngebuka perbannya. Om Indra mengetahui WInda datang dan memberitahu Winda jadwal mereka hari ini. Jadwal Dimas dan WInda salah satunya adalah nonton bareng di D TV.

Sebelum nonton bareng, Winda kembali mengikuti kelasnya Mirna. Seperti biasa Winda males2an mengikutinya. Mirna menyuruh Winda membaca puisi karya Edward Burke dalam bahasa inggris di halaman sekian. Dengan susah payah Winda membaca puisi itu. Ngeja dan ngucapin nya asal dan ancur banget. Mirna pun mengerutkan keningnya mendengar cara Winda membaca itu.

Kegiatan Winda dan Dimas selanjutnya adalah nonton bareng bersama dengan Darian Subekti di kantor. Sepanjang program/ show itu diputar, Winda bosan setengah mati. Ia duduk nggak tenang disamping Dimas. Dimas sesekali ngeliatin Winda yang bete. Selesai show, Darian bertanya ke Dimas tentang program tersebut. Menurut DImas program tsb bagus dan menyarankan agar mereka memakai director dari luar agar pengambilan gambarnya bagus. Dimas juga menyarankan agar mereka bergerak cepat supaya tidak keduluan lagi oleh Centro TV. Saat Winda ditanya pendapatnya, tanpa basa-basi dan langsung nyeplos aja Winda bilang bahwa hari gini mana ada orang yang mau nonton acara seperti itu dan meskipun dibayar berapapun ia tidak akan mau menonton acara begituan lagi. Dimas langsung melihat ke Winda kayak mau marah. Sementara Darian dan Oom Indra menanggapi peryataan Winda yang jujur dan polo situ dengan senyum.

Claudia duduk di perpustakaan sendirian. 2 orang mahasiswa lainnya dating mengoda Claudia. Mereka meledek Claudia yang masih mengharapkan Dimas yang sudah beristri. Mereka bilang bahwa sekarang nggak ada Dimas yang bias menolong Claudia seperti saat Dimas menolong Claudia waktu kecelakaan kemarin. Digoda sperti itu Claudia terpojok. Untung saja 2 orang temannya yang juga teman Dimas datang dan langsung mengusir 2 mahasiswa usil tadi. Claudia bertanya mengapa Dimas tidak bersama mereka. Temannya menjawab bahwa Dimas sekarang sedang ada rapat di kantor. Indah dan Dian yang kebetulan ada di perpustakaan mendengar omongan 2 mahasiswa tadi tentang kecelakaan Dimas kemarin. Dan mereka berdua jadi tahu bahwa Dimas terluka karena menolong Claudia. Claudia menelpon Dimas. Dimas yang baru saja selesai rapat menjawab telponnya. Dimas menyebut nama Claudia setelah tahu bahwa yang menelpon adalah Claudia. Winda yang ada di belakang Dimas mendengarnya. Wajah Winda langsung berubah nggak enak. Sementara di seberang telpon, kedua teman Dimas merebut telpon itu dari tangan Claudia dan bergantian bicara dengan Dimas ngomongin segala macem. Dan yang akhirnya bicara di telpon dengan Dimas kebanyakan adalah 2 temannya itu. Claudia hanya mendengarkan. Teman2 nya Dimas ngajak Dimas keluar bareng untuk nonton konser. Tapi Dimas menolak dengan alas an sibuk. Dimas asik ngobrol di telpon sementara Winda memperhatikan dari belakang. Dimas terakhir ngomong ke Claudia… kalau Claudia mau ikut, Claudia harus hati2 karena 2 orang itu buas2. Dimas mengakhiri percakapannya. Winda mengambil kesimpulan sendiri dan berpikir bahwa kasihan juga si Dimas karena terpaksa harus menikah dengan orang yang nggak dicintainya, sementara cintanya ada diluar sana terhalang oleh jeruji emas. Tiba-tiba Winda sadar bahwa kata2 nya barusan itu boleh juga dan nggak kalah ama puisinya si Edward Burns yang tadi ia baca. Winda heran mengapa Dimas nggak pergi aja dengan teman2 nya padahal Dimas juga nggak sibuk-sibuk amat. Winda lalu berpikir jangan2 Dimas nggak pergi karena nggak enak padanya. Lagi asik mikir2, Winda dikagetkan oleh suara Dimas yang meminta Winda untuk buruan “Ayo ah! Ngapain sih?” Winda pun jalan dan mengikuti Dimas dari belakang.

Di dalam mobil Winda tanya ke Dimas apa telpon barusan dari teman2 nya Dimas. Dimas mengiyakan dan balik tanya kenapa. Winda lalu bilang kalo Dimas mau pergi bersama dengan teman2nya atau bersama Claudia, Dimas pergi aja, ia nggak apa kok. Karena merasa Winda ikut campur, Dimas menanggapinya dengan bete “Udah. Udah deh! Ah! Kenapa sih lo? Nggak usah sok perhatian deh. Lo tau apa sih? Ingat! Dalam pasal perjanjian kita disitu tertulis bahwa tidak boleh mencampuri urusan orang lain” Dibete-in begitu oleh Dimas, Winda nggak terima dan marah balik ke Dimas dan percekcokan kembali tak dapat terelakan dan saling teriak satu sama lain…

Winda : “Eh monyet! Maksud gue baik tau nggak? Gue tuh kasian aja ngeliat elo tiap hari menderita karena nggak bisa nikah dengan Claudia.”
Dimas : “Jangan pernah bawa nama Claudia di depan gua! Jangan pernah bawa nama dia!! Lo udah dapetin hak-hak elo sebagai istri gua.”
Winda : “Lo kira gue nggak tahu. Lo itu manfaatin gue kan supaya lo bisa bebas dari pengawasan orang tua lo…”
Dimas : “OK. OK. OK!! Tapi lo juga manfaatin gua kan? Lo mau nikah sama gua supaya dapetin harta gua semuanya. Iya kan?! Supaya lo bisa bayar hutang keluarga elo. Iya kan?!”

Kalimat terakhir Dimas membuat Winda terdiam. Winda tampak kecewa dan tersinggung dengan perkataan Dimas. Winda lalu menangis. Melihat Winda menangis, Dimas jadi terdiam juga dan serba salah. Tapi tetep gengsi. Winda nggak terima Dimas bicara seperti itu padanya. Tiba-tiba Winda meminta supir untuk menghentikan mobilnya dan bilang bahwa ia mau turun disini. Supirnya jadi bingung mau berhenti atau enggak. Winda memaksa. Dimas akhirnya memerintahkan supirnya untuk berhenti. Winda pun turun dari mobil. Setelah Winda turun, mobil sempat berhenti seolah menunggu. Winda juga menunggu. Tapi nggak lama mobil itu pun melanjutkan perjalanannya tanpa Winda. Melihat mobilnya jalan meninggalkannya sendirian di jalanan, tangis Winda jadi tambah keras… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 8 Benci Bilang Cinta

Dimas meninggalkan Winda sendiran di jalan. Winda nangis sambil teriak minta cerai di jalanan. Aditya kebetulan lewat di jalan yang sama dan melihat Winda jalan sendirian sambil nangis. Aditya pun mengikuti Winda pelan-pelan dengan mobilnya. Winda jalan sampai ke taman dan duduk di bangku taman. Disitu Winda menangis sedih dan kesal karena Dimas telah mencelanya dan keluarganya. Sambil nangis Winda berkata pada dirinya sendiri bahwa yang dikatakan Dimas padanya memang benar… bahwa ia mau menikah dengan Dimas karena orangtuanya terlilit utang. Tapi menurutnya Dimas juga salah karena seharusnya Dimas menolak untuk menikah dengannya waktu itu. Winda lalu teriak sekeras-kerasnya untuk melepaskan semua kekesalannya. Aditya sudah ada di belakang Winda dan mengagetkan Winda. Winda heran melihat Aditya ada disitu. Aditya menjelaskan bahwa saat ia kebetulan lewat di sebuah jalan dan melihat orang yang kesasar.

Sementara itu Dimas sudah tiba di rumah. Dimas berdiri di pinggir kolam ikan sambil memberi makanan ikan-ikan sambil memikirkan seusuatu.

Aditya menghibur Winda yang sedang sedih. Aditya minta maaf atas perlakuan Dimas dan juga bilang ke Winda bahwa sebenarnya Dimas tidak seperti itu. Aditya tahu banget tentang Dimas karena Dimas adalah sepupunya. Winda baru tahu bahwa Aditya adalah sepupunya Dimas.

Di rumah Dimas, Om Indra dan Mirna heran Winda tidak pulang bersama Dimas. Om Indra menjelaskan pada Mirna bahwa menurut supir Winda dan Dimas baru saja berantem. Mirna lalu menghampiri Dimas dan menyarankan Dimas agar menelpon Winda. Dimas akhirnya menelpon Winda. Tapi Winda yang masih kesal tidak mau menjawab telpon Dimas meskipun Aditya menyarankan Winda untuk menerimanya karena pasti Dimas khawatir dengan Winda. Winda memutuskan untuk tidak kembali ke rumah dan akan segera minta cerai. Aditya menasehati Winda agar jangan seperti itu. Aditya berhasil meyakinkan Winda karena akhirnya Winda mau pulang juga.

Winda pulang ke rumah dengan wajah cemberut. Semua orang rumah, Om Indra, Mirna, Fei fan Penny melihat nya, tapi mereka membiarkan saja dan hanya memperhatikan diam2 dari jauh. Winda berjalan ke kamarnya. Winda kaget saat masuk ke kamar, Dimas sudah ada di dalam, duduk di tempat tidur Winda sambil memeluk erat boneka Tedy Bear nya Winda. Om Indra, Mirna, Fei dan Penny ngikutin Winda dari belakang. Mereka berebut ngintip dari pintu untuk melihat babak selanjutnya… apa yang terjadi antara Dimas dan Winda. Melihat Dimas, Winda bukannya senang tapi malah marah “Ngapain lo di kamar gue?!” Dimas tidak menjawab tapi malah melempar pertanyaan dengan topik yang lain “Kok aku liat2… kamu nggak pernah bawa teman2 kamu disini?” Winda masih ketus menjawab “Buat apaan? Buat lo hina-hina?” Dimas jadi kesal dan malah balik nanya ke Winda “Lo kenapa sih selalu marah-marah sama gua? Nggak pernah…” Dimas tidak melanjutkan ucapannya. Lalu Dimas ganti topik lagi dan tiba-tiba berlaku begitu manis pada Winda dengan menanyakan apakah Winda sudah makan. Om Indra dkk masih menyaksikan Winda dan Dimas dari pintu sambil senyum-senyum dan ketawa yang ditahan. Dimas lalu mengajak Winda untuk makan diluar dan terserah Winda mau makan dimana saja asalkan jangan makan pecel lele lagi. Mendapat perlakuan yang baik dari Dimas, Winda malah nangis. Sambil nangis Winda protes ke Dimas “Elo itu kenapa sih? Lo tuh kadang baik, kadang nyebelin. Gue bingung!” Tangis Winda tambah keras. Dimas jadi kebingungan mengatasinya. Dimas menyuruh Winda diam. Tapi tangisan Winda malah bertambah keras. Dimas lalu menyuruh Winda diam lagi dengan nada membentak karena ia nggak mau orang mengira bahwa ia menyiksa Winda. Bukannya diam, tapi Winda malah menambah volume suaranya. Dimas akhirnya merubah strategi dengan membujuk Winda dan menawarkan Winda mau apa sekarang. Winda berhenti menangis dan bilang ke Dimas kalau dia mau jalan-jalan. Dimas pun menyetujuinya dan tanya Winda mau kemana. Winda nggak peduli mau kemana, baginya yang penting adalah jalan-jalan. Dimas menyanggupi dan bilang ke Winda bahwa ia akan tunggu Winda di luar. Dimas berdiri dan berjalan keluar kamar. Om Indra dkk yang dari tadi ngintip dari balik pintu, langsung buru-buru membubarkan diri dan mengambil posisi mereka masing2 begitu tau Dimas mau keluar dari kamar Winda. Sementara itu, Winda keheranan sendiri di kamarnya mengapa Dimas tiba-tiba berubah menjadi baik. (Sayang nih… proses jalan-jalannya kok nggak dikasih liat???)

Winda sedang menghadapi ujian di kampus. Winda celingak-celinguk melihat kiri kanan berusaha untuk mendapatkan contekan dari teman2nya. Gerak-gerik Winda yang mencurigakan diketahui oleh dosen. Winda tertangkap basah minta contekan. Dosen langsung menegur Winda dan meminta Winda untuk menghadapnya setelah selesai nanti.

Claudia sedang bermain biola di kelasnya. Suara HP bunyi. Telpon dari Rio. Claudia membiarkan telpon itu sampai deringnya mati sendiri dan tetap memainkan biolanya.

Winda menghadap dosen dan minta maaf. Dosen menegur Winda dan mengingatkan Winda bagaimana jika wartawan sampai mengetahui menantu keluarga Subekti kerjanya menyontek di kelas. Dosen menyuruh Winda untuk mencontoh Dimas. Tapi Winda balik mengatakan pada dosen bahwa dia lahir memang otaknya udah begini, beda dengan Dimas yang doyannya baca buku terus. Setelah berjanji pada dosen bahwa ia tidak akan mengulangi perbuatannya, dosen mengijinkan Winda pergi.

Dian dan Indah menunggu Winda keluar dari ruangan dosen. Sambil senyum-senyum Winda bilang ke Dian dan Indah bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa ia bereskan. Dian dan Indah mengingatkan bahwa Winda harus hati-hati karena ia bisa di black list dan nggak lulus. Namun dengan pede Winda bilang “Gue kan menantunya keluarga Subekti. Jadi nggak masalah dong?!” Mendengar Winda ngomong seperti itu, Dian dan Indah langsung bete “Emangnya kenapa kalo elo menantunya keluarga Subekti. Kok elo jadi belagu gitu sih?” Winda ketawa dan bilang kalo ia cuma becanda.

Dimas sedang bersama Rio dan Zacky, saat Claudia berjalan ke arah mereka. Claudia minta maaf pada Rio tidak menjawab telponnya tadi karena ia sedang latihan. Rio kebingungan karena ia nggak merasa menelpon Claudia. Dimas lalu angkat bicara bahwa itu tadi dia. Alasannya ia mau mencari no telp Claudia di HP nya Rio, tapi nggak sengaja kepencet. Setelah menjelaskan itu Dimas pamit mau ke kelas dulu. Setelah Dimas pergi, Rio bilang ke Claudia bahwa paling Dimas cuma cari alasan aja, padahal dia mau mengecek apa Claudia ikut juga ke Singapore. Claudia jadi bertanya, emang Dimas mau ikut ke Singapore. Zacky mengiyakan dan bilang bahwa Winda yang maksa Dimas untuk ikut dengan mereka.

Winda menghindar dari pengawalnya dan malah pergi makan dengan teman-temannya di kaki lima. Aditya bertemu dengan mereka dan ikut gabung makan. Sementara itu pengawal/ supir Dimas melapor pada Dimas yang sudah ada di dalam mobilnya bahwa ia tidak bisa menemukan Winda dimana-mana. Dimas lalu memerintahkan agar sekarang juga jalan dan meninggalkan Winda. Saat lagi asik makan, Indah dan Dian melihat mobil Dimas pergi dan memberitahu Winda. Winda kelabakan dan langsung mengejar mobil Dimas sambil teriak “Monyet! Tungguuu !”

Mirna menunjukan hasil karya Winda, patung dan lukisan ke Ayunita. Tapi Ayunita melihat hasil2 karya Winda itu sangat aneh dan menyuruh membawa pergi semuanya. Ayunita mengingatkan Mirna untuk menyiapkan kelas buat Winda siang ini di rumahnya.

Dimas dan Winda tiba di rumah. Om Indra membacakan jadwal mereka hari ini. Dimas harus menghadiri technical meeting siang ini di D TV sedangkan Winda harus belajar di kelas nya Mirna. Om Indra juga memberikan kabar gembira pada Winda bahwa siang ini orangtuanya akan datang berkunjung. Winda girangnya bukan main mendengarnya.

Susi dan Kuncoro, ayah dan ibunya Winda berkunjung ke rumah besar dan setelah dari situ mereka akan menemui Winda di rumahnya. Mereka disambut oleh Oma Rahmayani, Darian dan Ayunita Subekti dengan makan siang bersama.

Setelah makan siang di rumah besar, Susi dan Kuncoro diantar ke rumah Winda dan Dimas. Mereka berdua norak banget dan terkaget-kaget melihat rumah Winda. Karena Winda masih belajar, Susi dan Kuncoro harus menunggu. Tapi tunggu punya tunggu Winda nggak datang juga, akhirnya mereka berdua pun pulang. Sementara itu Winda masih sibuk dengan kelas Mirna. Winda merayu Mirna agar kelasnya udahan dulu karena ia ingin segera menemui orangtuanya, tapi Mirna tidak memperbolehkan, karena Winda harus mengejar ketinggalannya. Winda menggerutu karena orangtuanya pasti sedang menunggunya di rumah besar. Mirna lalu bilang bahwa orangtuanya Winda sekarang sedang menunggu di rumah Winda bukan di rumah besar. Winda girang banget mendengarnya dan langsung semangat belajar.

Selesai belajar, Winda pulang ke rumah dan langsung berlari menemui orangtuanya. Tapi ternyata orangtuanya sudah pulang dan hanya meninggalkan oleh2 dan sebuah pesan di sehelai kertas buat Winda. Winda sedih dan nangis karena nggak bisa ketemu dengan orangtuanya. Dimas pulang dan heran melihat Winda nangis. Dimas lalu bertanya kenapa Winda nangis padahal baru saja bertemu dengan orangtuanya. Winda yang masih kesel bilang sambil nangis “Siapa yang ketemu. Pas gue sampe rumah, mereka udah pulang.” Dengan santainya Dimas bilang “Ya udah. Lo tidur aja.” Winda kesel disuruh tidur oleh Dimas “Kok nyuruh gue tidur sih. Lo males ngeliat muka gue ya?” Masih dengan santai Dimas menjawab “Yah… salah satunya sih itu.” Winda langsung tambah bete karenanya. Tapi tak lama Dimas meralat ucapannya “Nggak. Nggak. Maksud gua nyuruh lo tidur itu… supaya elo bisa mimpi ketemu orangtua kamu. Udah sana!” Setelah Dimas pergi, Winda bertanya-tanya sendiri maksud ucapan Dimas tadi. Apakah tadi Dimas itu sedang menyelanya atau sedang menghiburnya.

Dimas sedang duduk-duduk di ruang keluarga membaca buku sambil mendengarkan CD melalui Discman. Winda menghampiri Dimas dan duduk di dekat Dimas. Winda mengajak bicara Dimas “Dimas gue mau ngomong sesuatu ama elo.” Dimas tidak melihat ke Winda sedikitpun, sehingga Winda mengulangi ucapannya. Dimas lalu menoleh dan tanya ke Winda “Hhm… lo ngomong ya?” Winda yang udah kesel nggak jadi ngomong dan malah nyuruh Dimas meneruskan membaca buku dan mendengarkan CD nya. Dimas pun melanjutkan membaca buku sambil mendengarkan CD. Winda lalu mengetes Dimas apakah Dimas bisa mendengarnya dengan memanggil Dimas. Karena Dimas tidak menengok, Winda mengambil kesimpulan bahwa Dimas pasti tidak mendengarnya. Winda lalu mencurahkan isi hatinya saat itu dengan mengatakan bahwa dia sadar telah menjadi rintangan bagi Dimas dan Claudia. Jika ia tidak ada, pasti Dimas dan Claudia sekarang sudah menikah. Dan kadang ia suka ngiri pada Claudia. Seandainya Dimas bisa baik sedikit aja padanya, mungkin ia bisa suka pada Dimas. Dimas membuka earphone nya dan tiba-tiba berdiri mau beranjak pergi. Winda tanya Dimas mau kemana. Dimas menjawab “Terserah gua” sambil meninggalkan Winda. Setelah Dimas pergi, Winda penasaran dangan lagu yang didengarkan oleh Dimas tadi. Winda pun mengambil Discman yang ditinggalkan Dimas di sofa, memasang earphone ke telinganya dan menekan tombol play. Winda heran kenapa ia tidak mendengar apapun. Winda mengira Discman nya rusak dan ketakutan jangan2 rusak olehnya. Winda mencoba mengutak-atik discman tsb, tapi tetap nggak mengeluarkan suara apapun. Winda membukanya untuk mengecek CD di dalamnya. Betapa kagetnya Winda karena ternyata tidak ada CD nya. Dan itu berarti… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 5 Benci Bilang Cinta

Winda ke kampus dengan ceria menyapa Dian dan Indah dan juga Aditya yang duluan datang. Winda meminta Aditya menemaninya ke studio. Aditya bersedia. Sementara Indah sudah keluar duluan untuk mengambil cat. Dalam perjalanan ke studio, Indah yang baru saja kembali dari mengambil cat, melihat Winda sedang ngobrol dengan Aditya. Indah bersembunyi di balik tembok untuk mendengar percakapan Winda dan Aditya. Winda bercerita dengan perasaan senang ke Aditya bahwa semalaman ia begadang untuk menyiapkan hadiah yang spesial untuk Dimas karena hari ini Dimas ulang tahun. Tanggapan Aditya biasa aja. Dan sikap Aditya itu membuat Winda heran. Aditya bertanya pada Winda bukannya nanti malam Winda akan pergi dengan Dimas. Winda menjawab nggak tahu, tapi tak lama ia segera meralat bahwa pasti lah ia akan pergi dengan Dimas, karena mereka kan tinggal serumah. Aditya mendengar jawaban Winda dengan ekpresi yang kurang senang. Winda tidak menyadarinya dan malah terus bicara tentang Dimas. Winda cerita ke Aditya bahwa si Dimas itu orangnya aneh. Ulangtahun aja nggak bilang-bilang padanya. Winda lalu mengajak Aditya untuk ke studio. Indah yang dari tadi mendengarkan percakapan Winda dan Aditya, langsung senang karena akan ada pesta. Ia dan Dian harus datang.

Di rumah orangtuanya Winda, saat belanja sayuran di tukang sayur Susi harus menghadapi gossip para tetangganya yang mengatakan kalau Winda sudah lupa dengan keluarganya. Susi marah2 kepada ibu-ibu tetangganya itu dan langsung masuk ke rumah dengan kesal. Sementara itu Doni lagi asik menggunting gambar2 Dimas di majalah2 dan belum juga berangkat ke sekolah. Susi dan Kuncoro marah ke Doni karena belum berangkat juga. Doni beralasan bahwa ia lagi sibuk bikin tugas dan sebentar lagi juga berangkat. Kuncoro menegur Doni yang kayak orang kurang kerjaan mengunting photo-photnya Dimas. Doni menjelaskan bahwa Dimas itu adalah idolanya dan jika ia sudah besar nanti ia ingin seperti Dimas… kaya, ganteng, pinter dan disukai cewek-cewek. Susi bilang ke Doni bahwa Doni itu lagi mimpi di siang bolong dan langsung menyeret Doni menyuruhnya berangkat sekolah dengan paksa.

Siangnya Winda bersama dengan Dian dan Indah ke kantin. Claudia yang sedang duduk bersama dengan Rio dan Zacky melihat kedatangan Winda. Rio dan Zacky juga ikut melihat. Saat Winda melihat mereka, Winda langsung menatap sinis Claudia seperti layaknya dua orang musuh bebuyutan. Dian dan Indah jadi ikut memandang ke Claudia. Rio mengatakan pada Claudia bahwa jangan karena gara-gara Winda, Claudia nggak datang ke pesta ulang tahunnya Dimas.

Dimas merayakan ulang tahun ke-21 nya dengan ayah, ibu, oma dan beberapa karyawan D TV di kantor. Setelah meniup lilin, semuanya mengucapkan selamat. Dalam kesempatan itu, Darian mengutarakan bahwa sudah waktunya Dimas menggantikan posisinya di kantor. Tapi menurut Dimas, ia masih perlu banyak belajar. Oma Rahmayani menanyakan Winda yang tidak hadir. Dimas menjelaskan pada omanya bahwa Winda sekarang sedang ada ujian di kampus. Ayunita heran mengapa Winda tidak minta ijin. Tapi Dimas bilang bahwa ini hanya perayaan kecil saja, dan tidak apa2 baginya Winda nggak hadir. Darian membenarkan ucapan Dimas, lagipula menurutnya nanti malam pun Winda akan menemani Dimas “Iya kan Dimas?” Dimas menjawabnya dengan senyum.

Di rumah… Winda senang sekali setelah tahu dari Penny bahwa hari ini Winda dibebaskan untuk mengikuti kelas Mirna, karena nanti malam ada acara penting yang harus dihadiri Winda dengan Dimas, dan Penny mendapat tugas dari Mirna menyiapkan Winda untuk acara nanti malam. Winda langsung mengira bahwa acara itu pasti ulang tahunnya Dimas.

Dimas sudah siap mau berangkat. Om Indra juga ada bersama Dimas. Tapi Winda belum keluar juga dari kamarnya. Dimas mulai kesal menunggu. Dimas pun memanggil Winda. Winda akhirnya keluar dan bertanya pada Dimas mereka mau kemana. Tapi Dimas dengan ketus bilang “Udah lo nggak usah bawel! Ikut aja!!” Om Indra senyum-senyum melihat Dimas dan Winda. Dimas lalu mengajak Om Indra untuk berangkat. Winda mengikuti Dimas dengan kesal.

Seperti dugaan Winda, Dimas mengajak Winda ke pesta ulang tahunnya Dimas. Saat tiba di lokasi, Dimas langsung disambut dengan tepuk tangan dan lagu “Happy Birthday To You”. Di sepanjang jalan masuk ke ruangan, semua orang mengucapkan selamat ulang tahun pada Dimas. Winda berjalan mengikuti Dimas dari belakang sambil senyum-senyum. Winda ngedumel ke Dimas “Elo… ulangtahun nggak bilang2. Gue kira kita ke pesta sunatan orang.” Dimas hanya membalas ocehan Winda tsb dengan tatapan juteknya sambil terus menyalami orang yang mengucapkan selamat padanya. Aditya juga hadir di pesta itu. Dimas bertemu dengan teman2 nya Rio dan Zacky. Dimas memperkenalkan Winda pada mereka. Tak lama Claudia muncul dengan anggunnya sambil membawa kado untuk Dimas. Claudia memanggil Dimas dan perhatian Dimas langsung ke Claudia. Winda langsung tidak suka melihat Claudia dan dalam hati berpikir mengapa orang itu mesti datang. Claudia mengucapkan selamat ultah pada Dimas dan sekaligus memberikan hadiah untuk Dimas. Dimas tampak senang dengan kehadiran Claudia. Winda melihatnya dan tambah kesal. Aditya memperhatikan dari jauh. Karena bete melihat Dimas yang terlihat senang menerima hadiah dari Claudia, Winda akhirnya menyingkir. Dimas melihat Winda pergi, tapi Dimas tidak menahannya.

Winda menyendiri. Wajahnya masih tampak kesal sambil memperhatikan Dimas yang asik ngobrol dengan teman-temannya. Aditya menghampiri Winda dan bertanya mengapa Winda nggak gabung dengan Dimas. Winda bilang ke Aditya bahwa ia nggak pernah bisa cocok dengan teman-temannya Dimas. Aditya pun merasakan hal yang sama. Sambil masih memperhatikan Dimas dkk, Winda membahas tentang Claudia dengan mengatakan pada Aditya bahwa Claudia adalah cewek paling cantik di kampus dan banyak cowok yang suka dengan Claudia. Tapi Aditya tidak sependapat, karena menurutnya ada yang lebih cantik dari Claudia. Winda lagi berpikir tentang ucapan Aditya yang mengatakan bahwa ada cewek yang lebih cantik dari Claudia, saat telpon genggam Aditya berbunyi. Telpon dari Anyelir, ibu Aditya, yang mengatakan bahwa ia akan datang telat karena ada janji dengan Haris orang dari Centro TV. Aditya mau mencegah, tapi Anyelir langsung mau memutus hubungan dengan alasan ia harus segera pergi karena sudah dijemput. Saat Aditya selesai telpon Winda sudah tidak ada disampingnya.

Secara kebetulan Winda harus terlibat percakapan dengan Claudia saat Winda sedang mengambil sepotong tiramisu di meja kue. Claudia menanyakan Winda tentang bagaimana rasanya Winda menjadi bagian keluarga Subekti. Winda menjawab dengan nada meledek “Enak banget dong! Siapa juga yang nggak mau nikah dengan Dimas idolanya cewek2 se Indonesia. Udah kaya, pinter, kereeen banget! Dan kayaknya gue emang udah ditakdirin nikah dengan Dimas.” Jawaban Winda itu membuat Claudia kesal.

Dengan senang Winda membawa potongan tiramisu itu untuk Dimas. Tapi belum sempat Dimas menerimanya, Claudia datang sambil membawa sepotong kue juga untuk Dimas. Claudia langsung bilang ke Winda bahwa Dimas tidak suka tiramisu tapi chocolate milk. Kali ini giliran Claudia yang meledek Winda “Kamu kan istrinya Dimas, masa kamu nggak tau sih kesukaannya Dimas.” Deg… telak juga kata-kata itu buat Winda yang tiba-tiba nggak bisa berkutik di depan semua orang. Dimas tidak melakukan apapun untuk membela Winda dan bertindak seolah-olah memihak pada Claudia. Kedua sahabat Dimas Zacky dan Rio pun tampak memihak pada Claudia. Claudia pun merasa berada diatas angin dan tersenyum penuh kemenangan. Keadaan itu membuat Winda terjepit dan tidak tau harus bagaimana. Untungnya Aditya datang menyelamatkan Winda dengan langsung mengambil tiramisu itu dari tangan Winda “Nggak ada yang mau kan? Buat aku aja ya?” Aditya memakannya dengan semangat. Tak lama Winda pamit mau ke belakang dulu. Dimas kembali tidak melakukan apa-apa, melainkan hanya melihat dan membiarkan Winda yang pergi dengan kecewa. (Sebel ngeliat Dimas disini. Kasian Winda dipermalukan gitu ama Claudia dkk. Huh! Dimas… do something donk ah!)

Di luar pesta, Dian dan Indah tertangkap oleh keamanan karena mereka tidak punya undangan. Dian dan Indah dicurigai sebagai wartawan yang mencoba menyusup. Dian dan Indah berusaha menjelaskan bahwa mereka adalah teman2 nya Winda, tapi nggak berhasil.

Sementara keamanan memeriksa dan menginterogasi Dian, Indah dan beberapa orang yang mereka curigai sebagai wartawan, penyusup sesungguhnya yaitu photographer dan rekannya yang merupakan orang suruhan Anyelir berhasil masuk ke dalam pesta dengan menyamar sebagai pelayan cathering.

Setelah Winda pergi meninggalkan Dimas dkk, tak lama Aditya pun menyusul. Setelah Aditya pergi, Zacky dan Rio membaca situasi dan langsung meninggalkan meja dengan alasan mau ke toilet. Tinggallah Claudia bersama Dimas di meja itu. Claudia duduk disamping Dimas dan menyuapkan kue kepada Dimas. Pemandangan ini tidak luput dari photographer penyusup tadi yang membidiknya dengan kamera yang ia sembunyikan dibawah nampan minuman. Click! Photo Claudia sedang menyuapkan Dimas kue chocolate milk pun berhasil didapatnya.

Winda menenangkan diri di toilet… berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri agar sabar. Keluar dari toilet, Winda dipanggil oleh security yang kebetulan lewat dan diminta untuk ikut ke bagian security. Winda diminta mengkonfirmasi 2 orang yang mengaku sebagai temannya. Dian dan Indah langsung teriak kegirangan saat melihat Winda. Setelah keluar dari ruang security, Dian dan Indah bilang ke Winda kalau mereka ingin ikutan pestanya Dimas. Tapi Winda nggak berani mengajak mereka karena ini adalah pestanya Dimas dan ia harus nanya dulu ke Dimas. Aditya datang dan lagi-lagi menjadi penyelamat buat Winda. Aditya menjamin bahwa Dian dan Indah boleh ikut ke pesta, dan kalau Dimas nanya biar nanti ia yang tanggung jawab.

Winda dan Aditya kembali gabung ke pesta tepat saat acara buka kado. Dimas sempat melihat ke Winda yang baru saja datang bersama teman2nya. Mau marah kayaknya. Kado yang dibuka pertama kali oleh Dimas adalah kado dari Claudia. Claudia pun tersenyum senang, sementara Winda kecewa melihatnya. Dimas mengucapkan terima kasih pada Claudia. Kado kedua yang diambil Dimas adalah kado yang bungkusnya paling jelek. Winda langsung senyum-senyum kegirangan karena kado itu darinya. Dimas membukanya. Dan isinya adalah T-shirt dengan gambar dirinya. Semua orang ketawa melihatnya. Winda langsung bilang ke semua orang bahwa kado itu darinya sambil muji-muji kadonya sendiri. Pasti nggak akan ada kado yang sama dengannya karena kado itu adalah hasil buatannya sendiri. Dimas tidak mengucapkan apa-apa, selain tatapan aneh ke Winda yang hanya Dimas yang tahu maksud dari tatapannya itu.

Winda duduk bersama dengan Dian dan Indah di pinggir kolam renang sementara Dimas sedang ngobrol berdua dengan Claudia di sisi yang lain. Dimas dan Claudia bahkan membagi earphone untuk mendengarkan musik bersama. Winda bisa melihat mereka dari tempatnya duduk. Saat Dian menanyakan alasan Winda memberikan kado kaos untuk Dimas, Winda menjelaskan bahwa alasannya membuat kado itu supaya ia bisa melihat Dimas tersenyum meskipun hanya kaos itu. Dian lalu mengatakan bahwa Dimas itu dingin dan herannya Winda bisa tahan dengan semua itu. Winda membela Dimas di hadapan teman2 nya bahwa Dimas memang orangnya begitu. Di pikirannya hanya ada Claudia dan Claudia. Ia benar-benar nggak sebanding dengan Claudia yang tahu semuanya tentang Dimas sementara ia sendiri tidak tahu apa-apa tentang Dimas. Dian menghibur Winda agar Winda nggak perlu khawatir karena Winda adalah istrinya Dimas dan Claudia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Winda keceplosan bilang bahwa Claudia sempat akan menjadi istrinya Dimas. Dian dan Indah sempat kaget mendengarnya. Winda segera meralat ucapannya dan bilang ke Dian dan Indah agar menganggapnya cuma asal ngomong aja. Winda lalu berdiri di pinggir kolam renang sambil memikirkan sesuatu. Aditya datang diam2 dan memberikan isyarat pada Dian dan Indah agar diam juga. Aditya lalu sengaja mendorong Winda agar jatuh ke kolam renang. Winda pun tercebur ke kolam. Dian dan Indah ketawa2 melihat Winda tercebur. Dian dan Indah lalu memegang Aditya bermaksud menceburkan Aditya juga ke kolam renang. Namun akhirnya mereka bertiga ikut tercebur bersama-sama. Mereka pun ketawa-ketawa di kolam renang.

Dimas menyaksikan kejadian itu dengan sebuah tatapan yang lagi-lagi hanya Dimas yang tahu. Kesalkah atau cemburu kah Dimas? Jawabannya ada di episode2 selanjutnya.

Dimas dan Winda pulang ke rumah. Turun dari mobil mereka disambut oleh Penny, salah satu aspri nya Winda. Dimas berpesan pada Penny bahwa di mobilnya ada banyak kado dan minta agar dibawa masuk ke dalam. Tapi jangan diletakkan di kamarnya. Dimas diam sebentar sambil mikir sesuatu, tapi akhirnya Dimas masuk ke dalam dengan hanya membawa sebuah kado… kado dari Claudia. Winda yang berdiri menunggu dari tadi di belakang Dimas, kecewa karena kadonya nggak dibawa oleh Dimas. Winda lalu berpesan pada Penny bahwa di salah satu kado itu ada kaos yang bergambar Dimas dan minta agar Penny meletakkannya di kamar Dimas. Penny mau menentang. Tapi karena Winda bilang bahwa itu adalah kado darinya, Penny pun mengiyakan. Winda lalu masuk ke dalam rumah menyusul Dimas.

Dimas langsung mau masuk ke kamarnya, tapi Winda memanggilnya. Dimas berhenti dan melihat ke Winda. Winda bilang pada Dimas bahwa ia begadang semaleman untuk membuat kaos itu. Winda minta agar seenggaknya Dimas menghargai kerja kerasnya itu. Tanggapan nya Dimas hanya “Ada lagi?” Winda pun melanjutkan “Gue tau mungkin kedatangan gue di ulang tahun lo nggak berarti… dan mungkin kado gue itu lebih nggak berarti lagi kali. Tapi… gue cuma pengen lo tau… bahwa gue tulus.” Dimas diam saja dan tidak memberikan tanggapan apa-apa. Winda akhirnya mengakhiri percakapannya “Udah kok. cuma mau ngomong itu doang. Malam!” Lalu tanpa bicara apa-apa Dimas membalikan badannya dan berjalan ke kamarnya. Winda pun berbalik dan berjalan ke kamarnya yang berseberangan dengan kamar Dimas. Di depan pintu kamar, Dimas berhenti. Winda juga berhenti dan berbalik. Winda melihat Dimas masih berdiri di depan pintu kamarnya. Winda berdehem. Dimas berbalik melihat ke Winda. Winda lalu mengucapkan “Happy Birthday ya! Gue cuma pengen jadi orang yang terakhir yang ngucapin.” Dimas mengangguk pelan dan bilang iya dengan pelan juga… nyaris tak terdengar. Winda masuk ke kamarnya. Dimas masih berdiri disitu melihat Winda masuk kamar dan sampai pintu kamar Winda tertutup. Dimas menarik napas sebentar, lalu ia pun masuk ke kamarnya. (Dimaas… jaim banget sih kamu. Ngomong donk… if you wanna say something. Payah!) Di dalam kamarnya Winda menangis… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 10 Benci Bilang Cinta

Winda:
Winda menangis di kamarnya... setelah peristiwa hari ini di pesta ulang tahun Dimas dan setelah ia mencurahkan isi hatinya pada Dimas barusan. Winda meraih kontrak perjanjian pernikahannya dengan Dimas dari laci. Membaca nya sebentar sambil menangis kemudian memeluknya dengan erat.

Aditya:
Di kamarnya Aditya sedang membuka lap top nya. Ia menemukan berita tentang Winda di Internet. Judul beritanya adalah “Upik abu yang bermimpi menjadi Cinderela. Isi beritanya adalah tentang surat wasiat kakeknya Dimas. Aditya berpikir...

Dimas:
Selesai mandi Dimas menemukan kaos bergambar dirinya hadiah dari Winda tergeletak di atas tempat tidurnya. Sambil duduk di atas tempat tidur Dimas meletakkannya kaos itu di hadapannya. Dimas juga memegang kalung hadiah dari Claudia. Kalung tsb lalu di letakkan Dimas di atas meja. Dimas mengambil kaos dari Winda dan tersenyum melihatnya. Dimas mengepaskan kaos itu di badannya dan sambil tersenyum senang.

Claudia:
Di rumahnya, Claudia sedang menatap photo dirinya sedang bersama Dimas di masa-masa bahagia dulu. Claudia sedang mengingat kembali kejadian di pesta ulang tahun Dimas saat Dimas menerima hadiah darinya dengan senyum. Claudia menangis mengingat semua itu...

(Semua kejadian di atas terjadi pada saat yang bersamaan dan di tempat yang berbeda-beda.)

Penny masuk ke kamar Winda dan kaget karena ia tidak menemukan Winda di kamar. Lagi keheranan, Winda muncul dari kamar mandi. Sudah rapi dan ceria sekali. Penny tambah heran melihat Winda sudah rapi pagi-pagi di hari minggu pula dan nggak pake dibangunin segala. Surprise buat Penny. Winda bertanya pada Penny dimana Dimas. Penny bilang ke Winda bahwa Dimas sedang di ruang kerjanya bersama Om Indra. Winda pergi meninggalkan Penny yang masih keheranan.

Winda dengan cerah ceria masuk ke ruang kerja Dimas. Disana ada Dimas dan Om Indra yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mereka belum menyadari kedatangan Winda. Winda berhenti dan memperhatikan Dimas. Dalam hatinya Winda berpikir bahwa suaminya memang cocok jadi penerus D TV… seorang pekerja keras… cekatan. Winda memikirkannya sambil senyam senyum sendiri. Om Indra dan Dimas menyadari kehadiran Winda dan melihat Winda yang lagi senyum-senyum. Om Indra langsung mengucapkan selamat pagi. Dimas diam saja dan kembali meneruskan pekerjaannya. Winda mencoba berbaik hati dengan menawarkan pada Dimas bantuan “Dimas, ada yang bisa dibantu?” Dimas bilang bisa. Winda udah senang mendengarnya. Tapi saat Dimas minta Winda meninggalkan ruangan supaya ruangan jadi sepi, Winda langsung bete. Dimas menyuruh Winda keluar. Dengan kesel sambil ngedumel, Winda keluar. Di luar Winda ngomel-ngomel sendiri. Pas lagi ngomel-ngomel, Aditya yang sedang duduk dekat situ langsung ngeledekin Winda. Winda kaget dan sekaligus senang Aditya ada disitu. Aditya mengajak Winda jalan-jalan ke taman supaya Winda nggak bete. Winda mau. Aditya minta Winda berpakaian seperti saat mereka ketemu pertama kali. Winda setuju dan langsung ke kamarnya ganti baju.

Dimas sedang serius membahas P Project yang hampir rampung dengan Om Indra saat Winda lewat di depan ruang kerja Dimas bersama Aditya. Winda memakai kaos kaki warna-warninya dan sandal jepit kesayangannya. Dimas melihatnya. Dimas sampai menghentikan diskusinya dengan Om Indra dan terus melihat Winda yang asik becanda dengan Aditya. Karena Dimas diam aja, Om Indra sampai memanggil Dimas. Dimas masih. Dimas baru tersadar setelah Om Indra memanggil Dimas beberapa kali dan menepuk bahu Dimas. Dimas kaget. Lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi Dimas masih sempat melihat ke Winda dan Aditya sampai mereka menghilang.

Di taman Winda curhat ke Aditya bahwa ia merasa bosen dengan kehidupannya yang sekarang. Untuk menghibur Winda, Aditya ingin membacakan puisi untuk Winda. Satu bait puisinya William Shakespear “Hamlet The Prince of Denmark” yang bunyinya “To be or not to be, there’s the question.” Winda disuruh mengikutinya mengucapkan puisi itu. Awalnya WInda males banget, tapi akhirnya Winda mau juga. Dan berhasil menyebutkan dan menghapalkan puisi itu dengan lancar.

Pulang ke rumah, Winda melihat Dimas sedang main golf di halaman rumah. Winda lalu mau nyoba ikut main. Winda minta diajari dan langsung merebut stick golf tsb dari tangan Dimas. Dimas merebut kembali stick golf tsb dari tangan Winda. Dimas marah ke Winda karena Winda masih memakai kaos kaki warna-warni. Winda nggak suka Dimas ngatur-ngatur. Dia mau pake apa aja, itu terserah dia. Winda nyebut2 nama Claudia di depan Dimas “Emangnya gue Claudia.” Dimas tambah marah karena Winda menyebut nama Claudia. Dimas lalu menarik tangan Winda. Winda sampai kesakitan dan minta Dimas melepaskan tangannya. Dimas nggak peduli dan bilang ke Winda “Gue udah pernah bilang kan sama elo. Jaga kelakuan lo di depan umum!” Winda nggak ngerti maksudnya Dimas dan minta Dimas melepaskan tangannya karena sakit. Dimas nggak menghiraukan permintaan Winda. Dimas menegaskan satu hal pada Winda sambil membentak Winda “Elo tuh nggak boleh… nggak boleh… nggak boleh…” Winda sampe bengong dibuatnya. Dimas melanjutkan lagi ucapannya “… deket sama orang lain selain gue!!” Winda kesel dan protes “Emangnya kenapa? Terserah gue dong mau deket ama siapa juga. Gue juga nggak pernah ngelarang elo deket ama Claudia atau enggak.” Dimas kekeuh bilang nggak boleh, sementara Winda tetep maksa boleh. Dimas dan Winda akhirnya adu teriak.

Dimas : “Gue bilang nggak boleh!”
Winda : “Boleh!”
Dimas : “Nggak boleh!”
Winda : “Boleh!”

Kontes teriak itu berlansung terus sampai Om Indra yang terheran-heran melihat pertengkaran mereka datang dan memanggil nama mereka berdua. Om Indra pun jadi sasaran mereka. Dimas dan Winda kompak teriak ke Om Indra “Apaa?!!!” Om Indra sampai kaget dibuatnya. Om Indra lalu mengingatkan mereka bahwa hari ini ada jadwal nonton bareng di rumah besar. Dimas lalu meninggalkan Winda. Tapi sebelum pergi Dimas mengingatkan Winda sekali lagi “Nggak boleh!!” Kali ini Winda tidak membalasnya… hanya keheranan.

Di rumah besar, selesai nonton bareng, keluarga Subekti minum teh bersama. Oma Rahmayani senang karena semua keluarganya berkumpul disini, anak, menantu, cucu, semuanya ada disini… tinggal Aditya. Mendengar nama Aditya disebut, Ayunita langsung bereaksi. Ayunita tampak kurang senang. Winda memberikan kejutan pada semua orang bahwa ia bisa menyebutkan salah satu karya Hamlet di depan keluarga Subekti “Hamlet – To be or not to be, there’s the question”. Oma Rahmayani, Darian dan Ayunita tampak kaget dan sekaligus senang. Winda pun dipuji. Dimas juga ikut kaget dan heran.

Di salah satu ruangan, Winda menelpon Aditya untuk mengucapkan terima kasih atas puisi yang dulu pernah diajarkan padanya. Lagi asik menelpon, Dimas datang. Winda langsung mengakhiri pembicaraan dengan Aditya “Udah dulu ya. Ada Dimas.” Dimas memberitahu Winda bahwa Oma, papa dan mama sedang menunggu Winda. Winda Tanya mau ngapain. Dimas bilang bahwa mereka mau mai permainan orang kaya. Winda langsung nebak “Golf?” Winda kesenengan dan langsung lari sambil teriak kegirangan meninggalkan Dimas.

Anyelir menanyakan Aditya kapan Aditya terakhir kali menengok Oma. Aditya menjelaskan bahwa ia jarang ke rumah besar karena ia merasa nggak nyaman dengan tante Ayu. Sepertinya tante Ayu kurang senang jika ia main ke rumah besar. Anyelir memastikan bahwa Aditya nggak perlu sungkan dengan Ayunita karena seharusnya mereka yang mendampingi Oma Rahmayani sekarang.

Aditya berkunjung ke rumah besar. Di pintu ia berpapasan dengan Ayunita. Aditya menjelaskan bahwa kedatangannya kesini untuk menjenguk Oma. Ayunita bilang bahwa oma sekarang sedang istirahat. Aditya mau menunggu di dalam, tapi Ayunita mencegahnya dam meminta Aditya balik lagi nanti malam sampai ia pulang nanti. Anyelir datang dan langsung menegur Ayunita mengapa Aditya harus menunggu sampai Ayunita pulang untuk menjenguk omanya. Anyelir mengingatkan Ayunita bahwa Aditya adalah cucunya Oma Rahmayani. Ayunita akhirnya mengijinkan Aditya masuk, tapi harus tetap menunggu sampai Ibu bangun.

Aditya masuk ke dalam dan bertemu Dimas. Aditya bilang ke Dimas bahwa ia kesini untuk menjenguk Oma, tapi sayangnya Oma sedang tidur. Dimas heran Aditya bilang kalo Oma mereka sedang tidur karena setahunya Oma sedang main golf. Aditya jadi tahu bahwa Ayunita tadi berbohong padanya. Dimas lalu mengajak Aditya masuk.

Anyelir bertemu dengan orang suruhannya yang biasa di jalan. Anyelir membayar orang tersebut untuk melempar kotoran binatang pada seseorang. “Jangan sampai gagal!”

Malam harinya Winda main ke kamarnya Dimas dengan membawa teddy bear nya. Winda mengetok kamar Dimas dan memangil-manggil Dimas. Tidak ada sahutan. Winda membuka kamar Dimas. Tidak terkunci. Winda nyelonong masuk. Dimas sedang mengganti baju. Winda kaget dan langsung teriak serta menutup mukanya dengan boneka. Dimas menyuruh Winda agar nggak usah teriak. Winda juga biasa melihatnya renang. Tiada hari tanpa debat. Winda membela diri bahwa di kolam renang itu situasinya beda, sedangkan ini di dalam kamar. Dimas akhirnya nyerah. Dan minta Winda supaya nggak usah dibahas lagi. Winda duduk di bangku dan langsung merasa betah disitu. Sementara Dimas duduk di tempat tidurnya sambil membaca buku. Dimas bilang ke Winda bahwa besok mereka ke D TV, ada konferensi pers. Winda kegirangan karena berarti ia jadi artis lagi. Dimas juga bilang agar Winda jangan malu-maluin. Winda melihat sekeliling kamar Dimas dan duduk dengan nyamannya disitu. Dimas memperhatikan Winda dari tempat tidurnya. Dimas lalu bertanya ngapain Winda ke kamarnya. Dimas minta agar lebih baik Winda sekarang balik aja ke kamarnya. Tapi Winda nggak mau karena ia udah merasa enak di kamarnya Dimas. Winda pake ngajuin tukeran kamar segala. Karena Winda nggak mau keluar, Dimas punya cara untuk mengeluarkan Winda dari kamarnya.. "Oh jadi lo nggak mau keluar ya?" Dimas lalu membuka kaosnya di hadapan Winda. Cara itu manjur. Winda akhirnya dengan sukarela keluar sendiri sambil teriak. Setelah Winda keluar, Dimas ketawa-ketawa sendiri.

Keesokan harinya di D TV… wartawan sudah menunggu kehadiran Dimas dan Winda. Saat Dimas dan Winda turun dari mobil, mereka langsung dikerubuti oleh wartawan. Ada yang mengejar Dimas dan ada yang mengejar Winda. Dimas ditanya tentang film documenter yang sebentar lagi launching. Sementara Dimas diwawancara, Winda asik berpose di depan wartawan. Selesai wawancara, Dimas melihat Winda yang asik sendiri dengan wartawan2. Dimas lalu memanggil Winda dan mengajaknya masuk.

Dimas dan Winda menemui Darian di kantornya. Darian menyerahkan acara konferensi pers ini pada Dimas dan Winda sepenuhnya. Dimas menyatakan siap. Darian bertanya pada Winda apa Winda gugup. WInda bilang nggak karena ia sudah biasa dengan wartawan. Om Indra masuk dan bilang bahwa konferensi pers akan segera dimulai. Dimas dan Winda pun menuju ke tempat konferensi pers bersama dengan Om Indra.

Di konferensi pers… acara pemutaran perdana film dokumenternya sukses. Semua yang hadir yang rata2 wartawan bertepuk tangan setelah film itu selesai di putar. Semua bilang bagus dan mengacungkan jempol untuk acara tersebut. Namun acaranya menjadi kacau saat seseorang melemparkan kotoran binatang ke muka Dimas. Dimas kaget dan shock. Winda juga kaget dan marah. Wartawan langsung mengambil kesempatan itu memotret DImas. Om Indra dan para pengawal Dimas langsung buru-buru melindungi Dimas dan meminta agar wartawan jangan mengambil gambar Dimas. Om Indra segera membawa Dimas masuk ke dalam. Winda mengikutinya.

Berita pelemparan kotoran binatang itu disiarkan oleh semua stasiun TV. Anyelir menonton di rumahnya bersama dengan Aditya. Anyelir tersenyum senang dengan peristiwa itu dan bilang “Sekali-sekali perlu juga dia merasakan hal itu.” Aditya nggak suka mamanya ngomong seperti itu. Aditya berniat ke rumah Dimas untuk mengetahui keadaan Dimas.

Darian marah2 kepada Indra dan pihak security karena mereka sampai kecolongan seperti itu. Darian khawatir image Dimas akan rusak karena peristiwa ini. Darian memerintahkan Indra dan bagian security untuk mencari orang yang melakukan semua itu.

Dimas mengunci dirinya di kamar dan tidak mau menemui siapapun. Winda yang berusaha menemui Dimas dari tadi pun tidak bisa. Di rumah besar juga panik. Ayunita minta saran dari Oma Rahmayani. Namun Oma mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mereka perbuat. Dan mungkin hanya seorang Winda yang bisa menghiburnya.

Berita itu juga ditonton oleh teman-teman Dimas di kampus. Zacky, Rio dan Claudia menontonnya saat mereka sedang di kantin. Zacky langsung ingin menelpon Dimas, tapi Claudia melarang karena pasti saat ini Dimas hanya ingin sendiri.

Aditya sudah sampai di rumah Dimas dan menghibur Winda yang sedang sedih karena Dimas tidak mau menemuinya. Winda curhat ke Aditya bahwa saat ini ia sangat sedih sekali Winda lebih memilih Dimas menyelanya dan memarahinya daripada melihat Dimas mengalami kejadian seperti itu. Aditya heran mengapa Winda bisa bicara seperti itu padahal Winda sendiri nggak bahagia. Winda tidak mengerti maksud perkataan Aditya. Aditya lalu memegang tangan Winda dan mengatakan pada Winda bahwa ia tahu Winda nggak bahagia menikah sama Dimas. Winda terdiam. Dimas keluar kamar dan melihat Aditya sedang memegang tangan Winda. Dimas berbalik kembali ke kamarnya. Winda menarik tangannya dari genggaman Aditya dan bilang bahwa ia mau kembali ke dalam untuk melihat keadaan Dimas.

Winda masuk ke kamar Dimas yang sudah tidak terkunci lagi. Dimas tampak sedang kesal. Winda tidak tahu Dimas tadi melihatnya bersama Aditya. Winda mencoba bicara pada Dimas. Dengan hati-hati Winda bilang bahwa kali ini ia serius. Ia ikut sedih kalo Dimas sedih.

Dimas : Kalo cuma gara2 ditimpuk kotoran, gue nggak bakal mati kok. Yah!
Winda : Tapi lo sedih kan? Karena selama ini elo nggak pernah ngalamin kejadian kayak gitu kan?
Dimas : Tadi kan gue udah bilang… gue nggak apa-apa kok. Dan sekarang gue laper. Gue mau makan.

Dimas mau pergi, tapi Winda memanggil Dimas dan memeluk Dimas dengan erat dari belakang. Winda mohon agar Dimas jangan gengsi. Hanya ada mereka berdua disini. Dimas berusaha melepaskan pelukan Winda, tapi Winda malah mempererat pelukannya.

Winda : Dimas… gue tahu pernikahan kita cuma pura-pura, tapi seenggaknya gue bisa bisa jadi teman lo. Gue akan selalu ada buat elo.

Dimas melepas pelukan Winda dengan paksa dan berbalik menghadap Winda.

Dimas : Butuh waktu berapa lama untuk ngapalin semua dialog itu?
Winda : Hah? lo bilang apa? Kok lo bilang begitu sih? Tadi gue ngomongnya bener2 tau! Dari hati gue yang paling dalam…
Dimas : Heh! Akting lo tu keren banget ya. Kalo gue nggak pinter, gue pasti percaya semua omongan lo. Tapi sayang gue nggak sebodoh itu. Dan sekarang gue laper, dan ini bukan acting!

Dimas lalu meninggalkan Winda dan keluar dari kamar dengan kesal. Winda masih berdiri di dalam kamar melihat Dimas menghilang dari pandangannya. Dalam hatinya Winda berkata “Dimas… walaupun lo cuma nganggap gue acting… gue nggak apa-apa… asal gue bisa liat senyum lo lagi… itu udah cukup buat gue. Karena cuma itu yang bisa gue lakuin buat lo. Iya… bikin lo senyum lagi.” BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 11 Benci Bilang Cinta

Winda kesalnya bukan main karena Dimas tidak mengajaknya masuk ke club tempat orang2 kaya dan executive muda biasa berkumpul, padahal ia ingin sekali masuk ke dalam. Dimas malah menyuruhnya pergi kemana aja, sementara Dimas sendiri turun dari mobil dan meminta supir untuk menjemputnya jam 5 sore. Masih dalam keadaan kesal, Winda menelpon Dian dan janjian untuk ketemu.

Zacky melihat kedatangan Dimas dan memberitahu Rio dan Claudia bahwa Dimas datang bersama Winda. Dimas akhirnya masuk ke dalam tapi tidak bersama Winda. Zacky menanyakan Winda pada Dimas. Rio sempat nyeletuk bahwa Winda itu orang kampung dan nggak mungkin selevel dengan mereka. Zacky ikut ngomporin. Di luar dugaan semua orang, Dimas marah besar karena Zacky dan Rio terang-terangan menghina Winda di depannya. Dimas serta merta membentak Rio menyuruh Rio diam. Rio kaget. Zacky dan Claudia pun sama kagetnya. Dimas lalu menegaskan pada teman2 nya bahwa Winda adalah istrinya dan mereka harus menghargainya. Setelah itu Dimas pergi meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal Dimas, Zacky dan Rio saling meyalahkan satu sama lain, sementara Claudia pergi menyusul Dimas.

Claudia berusaha menjelaskan pada Dimas bahwa Zacky dan Rio itu hanya becanda dan meminta Dimas agar jangan memasukkan ke hati semua ucapan mereka. Dimas mengatakan pada Claudia bahwa tidak seharusnya mereka bersikap begitu. Boleh aja mereka meledek Winda tetapi jangan didepannya. Sejelek-jeleknya WInda, WInda itu adalah istrinya. Dan jika mereka meledek Winda, itu berarti mereka tidak menghargainya. Claudia masih berusaha menjelaskan bahwa bukannya mereka tidak menghargai Dimas, tapi mereka hanya tidak suka Dimas dengan Winda. Dalam kesempatan itu, Claudia sempat menyatakan bahwa ia juga sebenarnya tidak suka Dimas dengan Winda karena ia masih menyimpan perasaan sayang pada Dimas. Dimas kaget mendengar pengakuan Claudia. Dimas sempat terdiam sejenak, namun tak lama kemudian Dimas meninggalkan Claudia tanpa memberikan tanggapan apapun atas pengakuan Claudia itu.

Setelah usahanya yang waktu itu, Anyelir masih terus berusaha mencari cara untuk menghancurkan nama baik Dimas. Informan nya yang biasa itu memberikan informasi tentang Claudia pada Anyelir. Anyelir berpikir untuk memanfaatkan Claudia.

Winda menemui Dian dan Indah di tempat mereka janjian. Winda curhat ke Dian dan Indah bahwa ia kesel karena Dimas nggak mengajaknya ikut ke club executive.

Anyelir dan Aditya sudah siap untuk berangkat ke pesta yang diadakan keluarga Subekti. Anyelir sempat mengingatkan Aditya dengan tujuan mereka yaitu untuk mengambil kembali apa yang menjadi hal mereka.

Di kantor D TV, disana sudah menunggu Oma Rahmayani, Darian dan Ayunita. Anyelir masuk dan langsung memberikan salam pada Rahmayani, setelah itu pada Ayunita dan terakhir Darian. Ayunita memperhatikan Anyelir, dan sepertinya ia tidak suka dengan kehadiran Anyelir. Ayunita mengajak Darian keluar untuk bicara sebentar. Di luar Anyelir mengatakan pada Darian tentang kecurigaannya atas kedatangan Anyelir yang ingin menuntut kekayaan D TV. Tapi Darian minta agar Ayunita jangan berburuk sangka dulu karena nggak enak jika ibu mereka sampai mendengar hal ini. Lalu Darian mengajak Ayunita masuk kembali.

Dimas datang bersama dengan Winda dengan langkah yang terburu-buru sampai-sampai salah satu sepatu Winda lepas. Tapi Dimas mengajaknya jalan terus. Darian dan Ayunita yang masih di depan pintu melihat kedatangan Dimas dan Winda. Dimas heran kenapa Winda jalannya dari tadi nggak bener. Winda lalu bilang ke Dimas bahwa sepatunya lepas. Dimas mengambilkan sepatu Winda. Winda ingin memakai sepatunya sendiri, tapi Dimas sudah berjongkok dan memakaikan sepatu itu ke kaki Winda. Sekarang semua orang termasuk Anyelir dan Aditya telah keluar dari ruangan dan melihat kejadian itu. Oma Rahmayani tersenyum, demikian juga Darian dan Ayunita, saat mereka melihat Dimas memakaikan sepatu Winda. Winda melihat ke mereka tersipu malu sambil meminta maaf ke semua yang ada disitu. Setelah Dimas selesai memakaikan sepatu pada Winda, Oma Rahmayani langsung memperkenalkan Dimas pada Anyelir. Anyelir bertanya pada Dimas tentang Winda. Dimas lalu memperkenalkan Winda pada Anyelir “Ini Winda, istri saya.” Tak lama Indra masuk memberitahukan bahwa para undangan sudah menunggu kehadiran mereka.

Pada saat sarapan pagi di rumah besar, Rahmayani menyatakan kekhawatirannya pada Anyelir dan Aditya dan merasa bersalah telah membiarkan mereka. Ia ingin sekali keluarga mereka berkumpul kembali seperti dulu. Darian meminta ibunya agar jangan khawatir karena mulai saat ini mereka akan lebih sering berkumpul.

Sementara itu di rumahnya Dimas dan Winda, Dimas sedang membaca buku. Winda yang baru saja bangun menyatakan pada Dimas bahwa ia senang sekali pestanya keren banget kemarin dan sampai nggak bisa tidur karena saking senangnya. Dan yang paling bikin ia senang adalah waktu Dimas memakaikan sepatunya itu. Winda benar2 nggak nyangka kalo Dimas bisa sebaik itu. Tapi bukan Dimas namanya kalo nggak langsung ngejatuhin Winda yang serasa terbang melayang tinggi di awan. Dimas bilang bahwa semua itu ia lakukan karena terpaksa, daripada orang2 melihat Winda seperti gelandangan. Dan bukan itu saja, Dimas pake nambahin dengan mengatakan bahwa kakinya Winda ternyata bau dan panuan. Wajah Winda yang tadinya cerah ceria langsung otomatis berubah jadi bete. Dimas lalu menyuruh Winda mandi karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke kampus “Apa perlu aku yang mandiin?” Winda lalu beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Dimas sambil menggerutu “Pagi-pagi udah nyebelin!”

Di kampus Winda langsung disambut oleh Dian dan Indah yang memberitahu WInda bahwa WInda ditunggu Bu Devi di ruang dosen. Winda langsung mengira bahwa Bu Devi pasti minta tugas yang kemarin padahal tugasnya itu belum ia buat. Winda minta Dian dan Indah untuk menemaninya ke ruang dosen, tapi Dian dan Indah nggak mau. Terpaksa Winda harus menghadap Bu Devi sendirian. Winda takut-takut mau masuk saat ia sudah di depan pintu ruang dosen. Dengan memberanikan diri WInda akhirnya masuk juga. Winda minta maaf dan menjelaskan panjang lebar bahwa ia belum menyelesaikan tugasnya karena sakit ini dan itu. Tapi ternyata Bu Devi memanggil Winda bukan untuk itu, tapi hanya mau minta tandatangan Winda untuk anaknya yang ngefans sama Winda. Anaknya Bu Devi mengira bahwa WInda itu selebritis karena sering nonton di tv. Winda pun lega…

Saat sedang main biola di kelas, Claudia tidak sengaja mendengar gunjingan teman2 kampusnya yang sedang ngomongin Dimas yang mau2nya menikahi Winda yang culun dan mungkin Dimas frustasi karena ditolak ama ceweknya yang katanya anak kampus juga. Mendengar itu Claudia jadi sedih. Kenangan indahnya bersama Dimas pun terlintas lagi. Tanpa sadar Claudia meneteskan air matanya. Zacky dan Rio datang pun, Claudia tidak menyadarinya. Zacky mengajak Claudia ke kantin, tapi Claudia menolak karena ia benar2 lagi bete. Zacky dan Rio nggak memaksa Claudia. Dan akhirnya mereka pergi ke kantin tanpa Claudia.

Untuk ke sekian kalinya Dimas membuat Winda kesal. Pasalnya kali ini adalah Dimas tidak mau menerima pemberian Winda yang sudah cape-cape ia buat dengan susah payah. Winda membuatkan Dimas sebuah boneka dengan gambar wajah Dimas di bagian wajah boneka. Gambar muka Dimas itu segaja dibuat bolak-balik oleh Winda, yang satu wajah Dimas yang lagi tersenyum, sementara dibaliknya adalah wajah Dimas yang lagi cemberut. Winda bilang bahwa ia lebih seneng ngeliat gambarnya Dimas yang lagi senyum, karena kalo yang lagi cemberut itu nyebelin. Dimas menyarankan agar sebaiknya boneka itu untuk Winda aja, supaya kalo Winda kangen, Winda bisa liat boneka itu. Yang bikin Winda kesel juga, Dimas juga bilang bahwa wajah Winda kalo lagi senyum atau senyum itu sama aja… sama2 nyebelin.

Dengan kesal Winda masuk ke kamarnya. Boneka yang baru saja dibuatnya itu pun jadi sasaran kekesalannya. Boneka itu dipukulinya, dibuang ke lantai dan dan diinjak2. Dimas menyaksikannya dari pintu kamar Winda yang terbuka dan diam-diam tertawa melihat Winda yang kesal sendiri.

Dimas membuat kejutan buat Winda. Saat sedang berkunjung untuk minum teh di rumah besar, Winda baru mengetahui bahwa tanpa sepengetahuan Winda, Dimas telah merencanakan untuk menginap di rumah Winda selama beberapa hari. Oma Rahmayani dan Darian yang menyebutkan rencana itu saat mereka minum teh bersama. Winda girangnya bukan main dan langsung memeluk Dimas.

Dimas berkunjung ke rumah Winda. Media cetak dan eletronik seolah tak mau ketinggalan untuk meliput berita yang menurut mereka heboh, karena bukan hal yang biasa seorang Dimas Subekti mau menginap di rumah keluarga Winda yang notabene sangat sederhana. Wartawan langsung nyerbu Dimas dan Winda saat mereka turun dari mobil. Kedatangan Dimas dan Winda disambut oleh Kuncoro dan Susi.

Kejadian kocak berturut-turut terjadi di rumah keluarga WInda sejak pertama kali Dimas masuk ke rumah Winda. Dimulai saat Dimas duduk di bangku kecil yang sudah tua, dan bangku itu seketika patah. Dimas kaget. Winda, Susi dan Kuncoro langsung membantu Dimas. Kuncoro menyalahkan Susi di depan Dimas, tapi Susi membela diri bahwa mereka belum punya uang untuk ganti bangku. Melihat itu Dimas lalu bilang ia nggak apa2.

Saat makan malam, kejadian lucu pun terjadi lagi. Keluarga Winda yang tak terbiasa makan dengan pisau, sendok dan garpu pun harus kebingungan sendiri saat mau menggunakannya. Kuncoro bingung mau pegang pisau dengan tangan apa… kiri atau kanan? Susi pun sama bingungnya. Lain lagi dengan Doni yang kebingungan makan mie pakai sumpit. Mie nya jatuh lagi-jatuh lagi ke piring. Doni akhirnya nggak sabar. Sumpit pun diletakkannya di meja dan sebagai gantinya ia menggunakan kedua tangannya untuk mengambil mie tsb. Dimas kaget juga melihatnya, tapi tak lama Dimas pun tersenyum. Doni nyeletuk bahwa makanan yang dibuat hari ini special, karena biasanya paling mereka hanya makan tahu… tempe… dan paling keren… ikan tongkol. Susi pun senyam-senyum. Sementara Kuncoro masih sibuk dengan garpu dan pisaunya. Kecelakaan kecil pun terjadi. Saat Kuncoro sedang berusaha memotong daging di piringnya… karena tidak biasa… potongan daging pun mental dari piringnya dan mengenai Dimas. Dimas kaget. Wajah dan baju Dimas pun jadi kotor. Melihat itu semua panik. Saking paniknya, gelas yang ada di meja sampa jatuh dan pecah. Susi dan Kuncoro berebut untuk membersihkan baju dan badan Dimas. Winda pun nggak kalah paniknya. Ia pun ikut-ikutan repot dan minta lap ke Doni. Doni dengan santai bilang kalo adanya lap kotor. Suasana makan jadi kacau karena semua sibuk dengan Dimas. Dimas sendiri jadi merasa risih dan bilang bahwa ia nggak apa-apa.

Kontras dengan suasana di rumah Winda, Darian dan Ayunita makan malam di rumah besar dengan rapi. Ayunita mencemaskan Dimas apakah Dimas bisa menyesuaikan diri di rumah keluarga Winda yang sangat sederhana. Darian bilang ke Ayu bahwa Ayu nggak perlu khawatir karena Dimas itu harus bisa menyesuaikan diri dimanapun.

Selesai makan Kuncoro sekeluarga dan Dimas ngobrol-ngobrol di ruang tengah. Dimas bilang bahwa ia jangan diperlakukan seperti tadi karena ia bukan raja. Saat membahas tentang tempat tidur, Kuncoro mengatakan bahwa Dimas bisa tidur di kamar utama, sementara mereka akan tidur sekeluarga di kamarnya Winda. Tapi Dimas menolak dan bilang bahwa ia bisa tidur sekamar dengan Winda. Susi, Kuncoro… dan Winda kaget mendengar Dimas mau tidur sekamar dengan Winda. Susi dan Kucoro sempat terdiam. Dimas akhirnya ngomong lagi “Bukannya suami itu harus sekamar dengan istrinya?” Mendengar itu Kuncoro baru bereaksi dan bilang “Ooo… iya…iya. Silahkan saja kalau mas Dimas mau sekamar dengan Winda.” Ucapan Kuncoro itu disambut senyuman oleh Susi. Senyum yang dipaksa. Sementara Winda kaget karena kedua orangtuanya mendukung Dimas.

Saat mau tidur… Dimas dan Winda ribut lagi. Kali ini soal pengaturan tempat tidur. Winda maunya Dimas tidur di lantai, sementara Dimas nggak mau tidur di lantai. Winda akhirnya nyerah dan setuju mereka tidur seranjang, tapi dengan syarat Dimas nggak boleh protes karena kalo tidur ia kayak kuda. Dimas nggak keberatan, yang penting ia nggak tidur di lantai. Lagipula ia sudah pernah kok tidur ama kuda “Iya nggak, Da?” Karena diledekin, Winda akhirnya jahil ngegelitikin Dimas. Dimas protes. Tapi Winda nggak peduli. Dimas akhirnya bales gelitikin Winda. Gantian Winda yang protes dan teriak2, tapi Dimas nggak peduli. Mereka pun akhirnya becanda ketawa-ketawa di tempat tidur yang sempit itu. Karena tempat tidurnya sempit, Dimas akhirnya terdorong jatuh ke lantai. Dimas duduk di lantai melihat ke Winda dan ketawa. Winda pun melihat ke Dimas sambil senyum… BERSAMBUNG

Review/Sinopsis Episode 12 Benci Bilang Cinta

Claudia mengetahui berita tentang Dimas yang menginap di rumah keluarga Winda dari TV. Claudia tampak sedih setelah mengetahuinya. Ia termenung di ruang ganti sebuah club. Anyelir memulai rencananya. Ia sengaja mendekati Claudia yang sedang sedih tsb untuk memanfaatkan Claudia. Anyelir menyapa Claudia dan berpura-pura empati terhadap Claudia.

Pulang ke rumah Anyelir menceritakan pada Aditya bahwa ia baru saja bertemu dengan Claudia. Aditya tidak setuju mamanya membawa-bawa Claudia dalam rencana mamanya untuk mengembalikan posisinya di keluarga Subekti. Alasannya adalah ia tidak ingin rencana mamanya itu menyakiti Winda. Tapi Anyelir nggak peduli. Aditya pun tidak dapat berbuat banyak.

Sementara itu di rumah keluarga Winda, Kuncoro dan Susi belum bisa tidur. Mereka berdua membicarakan Winda yang sekarang sudah besar. Kuncoro belum bisa melepas Winda. Tapi Susi meyakinkan bahwa Winda itu sudah menikah dan sekarang Winda sedang bersama dengan suaminya. Dimas yang terjaga kebetulan mendengar pembicaraan mereka dan tersenyum mendengarnya.

Saat Dimas kembali ke kamar, Winda menguasai tempat tidur yang sempit itu. Dimas lalu membangunkan Winda agar Winda menggeser tidurnya. Winda terbangun dengan paksa. Dimas lalu merampas guling Winda krn Dimas tidak bisa tidur tanpa guling. Winda nggak rela gulingnya direbut Dimas. Winda pun berusaha merebut guling itu kembali. Maka terjadilah rebut-rebutan guling antara Dimas dan WInda sehingga menimbulkan keributan. Keributan di kamr Winda itu terdengar sampai ke kamar Kuncoro dan Susi. Mendengar teriakan WInda, Kuncor langsung khawatir jangan-jangan Dimas memaksa Dimas. Kuncoro pun langsung mengajak Susi ke kamar Winda untuk melihat apa yang terjadi. Susi juga membangunkan Doni.

Kuncoro, Susi dan Doni kaget saat masuk ke kamar WInda, mereka melihat Dimas terbaring di lantai sementara Winda ada di atas badan Dimas. Doni langsung nutup matanya “Ih mak lampir porno banget sih!”. Dimas dan Winda juga sama2 kaget. Winda langsung bangun dan menyuruh Dimas juga bangun. Kuncoro bertanya mereka sedang apa. Dimas menunjuk Winda. Winda bilang mereka nggak ngapa-ngapain. Tapi Dimas langsung bilang “Bohong! Dimas nya udah nggak mau, tapi Winda yang maksa2.” Susi langsung memarahi WInda. Doni malah bilang WInda centil. Usaha Winda untuk meyakinkan mereka semua bahwa apa yang dikatakan Dimas itu nggak bener pun nggak berhasil. Mereka lebih percaya Dimas. Kuncoro akhirnya mengatakan pada mereka berdua agar jangan berisik disini karena rumah mereka kecil dan kalau mau begituan sebaiknya di rumah sendiri. Semua memihak Dimas, usaha Winda membela diri pun sia-sia. Kuncoro lalu menyurh WInda tidur di lantai dan biar Dimas tidur di ranjang. Winda mau protes pun nggak bisa. Setelah Kuncro, Susi dan Doni keluar dari kamar, Dimas tersenyum menang dan bilang “Tuh Non Winda… Non Winda dibawah, mas Dimas diatas.” Winda nggak bisa protes lagi dan cuma bisa bete karena terpaksa harus tidur di lantai.

Keesokan paginya Dimas merasakan keakraban keluarga Winda. Dimas menyaksikan Kuncoro yang sedang masak sementara Susi sedang mencuci piring. Tak lama Winda ikut nimbrung dan langsung teriak2 minta dimasakin ini dan itu. Suasana dapur jadi rame dan akrab. Dimas menyaksikannya sambil senyum2. Dimas menyuruh orang untuk mengantar hadiah ke rumah keluarga Winda. Pesanannya itu sudah tiba. Doni yang memberitahukannya. Susi, Kuncoro dan Doni gembira sekali menerima hadiah2 itu dan berterima kasih pada Dimas. Dimas ikut senang melihat mereka gembira.

Anyelir berkunjung ke rumah besar untuk menemui Rahmayani. Tapi sebelumnya ia menemui Darian terlebih dahulu. Anyelir terlihat seolah-olah merayu Darian dan minta dibuatkan teh susu segala oleh Darian dan memegang tangan Darian. Ayunita memergokinya. Darian langsung melepas tangan Anyelir. Anyelir langsung bilang bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menghubungi Rahmayani. Tapi Ayunita dengan ketus mengatakan pada Anyelir “Heh kamu jangan basa-basi ya! Kamu tahu dimana harus nemui ibu!” Anyelir menyerang balik Ayu dengan meledek Ayu “Kamu kenapa Yu? Kurang perhatian dari Darian ya?” Ayunita hanya bisa menatap kesal pada Anyelir.

Anyelir menyampaikan maksudnya untuk membeli saham D TV atas nama Aditya. Pada dasarnya Rahmayani setuju karena sudah waktunya ia istirahat, tapi ia harus mendiskusikan dulu dengan Darian. Anyelir sempat protes buat apa Rahmayani merundingkan semua itu pada Darian dengan alasan saham itu milik Rahmayani dan yang beli pun adalah Aditya cucunya. Anyelir bahkan mempertanyakan apakah Rahmayani tidak percaya dengan cucunya sendiri. Rahmayani meyakinkan Anyelir bahwa ia tahu bagaimana ia menyanyagi cucu2 nya dan meminta Anyelir agar jangan pernah meragukan lagi tentang perasaannya terhdp cucunya. Rahmayani berjanji bahwa ia akan memikirkan permintaan Anyelir itu.

Pulang dari kampus, Winda dan Dimas tidak menemukan kedua orangtua Winda dan juga Doni di rumah. Tinggal mereka berdua. Dimas minta dimasakin makanan oleh Winda. Dimas memakan makan yang disediakan Winda dengan lahap. Winda heran Dimas makannya lahap padahal cuma ikan asin dan tempe. Beda sekali jika Dimas di rumahnya sendiri yang selalu sok steril. Selesai makan DImas membawa piringnya ke belakang dan bermaksud untuk mencucinya. Tapi Winda melarang karena takut piringnya nanti pecah. Dimas kekeuh mau nyuci piring. Winda kekeuh ngelarang. Akhirnya karena saling rebut, busa sabun mengenai wajah dan mata Dimas. Dimas ngomel2, melepas pirinngya dan membersihkan busa sabun yang mengenai matanya. Winda membantu membersihkan dengan tangannya. Awalnya Dimas nggak mau, tapi Winda nya maksa. Akhirnya Dimas membiarkan Winda membersihkan wajahnya. Sambil membersihkan wajah Dimas, Winda terus menatap Dimas. Setelah selesai, mata Dimas pun bisa kebuka lagi. WInda masih ngeliatin DImas terus. Dimas heran dan tanya Winda kenapa. Winda tau-tau memeluk Dimas dengan erat dan meminta Dimas jangan melepasnya. Dimas keheranan dan bilang bahwa Winda itu aneh. Dimas akhirnya membalas pelukan Winda dan bilang ke Winda agar menganggap pelukannya adalah rasa ungkapan terima kasihnya Dimas karena Winda sudah memasak untuknya.

Anyelir membujuk Claudia agar melakukan sesuatu untuk merebut kembali orang yang ia cintai. Claudia nggak yakin bisa melakukannya. Tapi Anyelir terus menghasut. Anyelir bahkan menganjurkan Claudia untuk pura-pura mendukung Winda di depan Dimas. Dengan begitu nantinya Claudia akan dengan mudah menghancurkan hubungan Dimas dan Winda.

Ayunita memberitahu maksud kedatangan Anyelir kesini pada Darian, yaitu untuk membeli saham Ibu Rahmayani. Tapi Darian sudah tahu. Ayunita tidak setuju dengan rencana itu karena ia mencurigai sesuatu dibalik usaha Anyelir itu. Darian marah ke Ayunita atas kecurigaannya itu. Darian menjelaskan pada Ayunita bahwa Ibu Rahmayani bermaksud membagi sahamnya 50% untuk Dimas dan 50% lagi untuk Aditya. Ayunita tidak setuju dan mau protes lebih lanjut. Tapi tiba2 penyakit Darian kambuh. Ayunita langsung khawatir dengan kondisi Darian.

Dimas dan Winda pulang kembali ke rumah mereka sendiri. Dimas langsung dihadapkan dengan setumpuk pekerjaannya. Dimas duduk di ruang tengah membuka laptopnya dan memeriksa beberapa dokumen. Winda datang mengganggu. Dimas minta agar Winda jangan mengganggunya karena ia banyak kerjaan. Fei dan Penny ngintip dari pintu. Om Indra datang dan memarahi Fei dan Penny yang ada disitu. Om Indra lalu menyuruh mereka pergi. Setelah itu gentian Om Indra yang ngintip. Winda masih mengganggu Dimas yang lagi asik kerja. Winda duduk deket2 ke Dimas. Dimas heran ngeliat Winda yang bersikap aneh. Dimas pun bertanya sambil mendorong WInda dengan lengannya “Lo ngapain sih deket2 gue?” Winda lalu mengambil lap top dari tangan Dimas dan menyurh Dimas berdiri. Dimas nggak mau. Tapi Winda maksa. Dimas akhirnya berdiri dengan ogah2-an. Winda lalu menyuruh Dimas membelakanginya. Dimas lagi2 nggak mau, tapi Winda maksa. DImas pun menurutinya. Setelah itu Winda malah bengong sibuk mengingat kejadia saat ia memeluk Dimas dari belakang. Dimas lalu menyadarkan Winda. Winda lalu bilang ke DImas agar jangan pikir yang macam2. Ia Cuma ingin mencoba aja. Dimas Tanya “Lo tuh mau ngapain sih?” Winda menjawab “Meluk lo dari belakang!” Dimas mau berbalik, tapi Winda langsung memeluknya dari belakang dengan erat. Winda lalu bilang bahwa selama ini ia nggak pernah pacaran, dan ia bisa nyoba ke Dimas karena Dimas itu suaminya. Dimas pun membiarkan WInda memeluknya dan bilang “Aduh sengsara banget jadi suami lo ya.” Om Indra yang dari tadi ngintip merusak moment itu. Om Indra masuk sambil berdehem “Ehm!” Winda langsung melepas pelukannya. Om Indra lalu bilang bahwa ia cuma ingin menyampaikan bahwa Dimas besok diminta ke rumah besar. Dimas mengangguk. Setelah itu Om Indra permisi keluar lagi sambil senyum-senyum. Dimas duduk dan melanjutkan pekerjaannya lagi. Winda nya manyun deh.

Di rumah besar Dimas menceritakan pengalamannya menginap di rumah keluarga Winda kepada mama dan omanya. Dimas merasa senang menjadi bagian dari keluarga mereka. Oma dan mamanya ikut senang. Ayunita menceritakan ttg kesehatan Darian pada Dimas dan khawatir dengan kesehatannya. Darian nggak boleh banyak berpikir. Dimas bilang ke mamanya bahwa mamanya nggak boleh khawatir, Dimas yang akan menjaga papanya. Dan Dimas juga berjanji akan mengurus D TV dengan baik.

Darian menjelaskan via telpon pada Anyelir bahwa ibu mereka telah memutuskan untuk membagi saham 50% untuk Dimas dan 50% untuk Aditya. Anyelir tidak terima karena menurutnya itu sangat tidak adil. Tapi Darian mengatakan bahwa semua itu sudah menjadi keputusan ibu mereka. Anyelir sempat menyangka bahwa Ayunita yang menyebabkan semua ini. Tapi Darian bilang bahwa Ayunita tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Anyelir ahkirnya terpaksa menerima keputusan itu. Ayunita menguping pembicaraan itu dari pesawat telpon di ruangan lain yang tersambung paralel.

Pulang ke rumah, turun dari mobil Dimas langsung disambut Winda. Winda minta mobil ke Dimas. Dimas kaget dan Tanya buat apa karena selama ini Winda bisa diantar oleh supir. Winda ingin mobil sendiri supaya ia bisa jalan2 dengan teman2nya. Dimas tidak setuju Winda punya mobil sendiri karena nantinya WInda malah kelayapan dan nggak pernah pulang2. Winda terus membujuk Dimas. Akhirnya Dimas setuju untuk mempertimbangkannya asal Winda bisa berkelakuan baik. Dijanjikan seperti itu aja WInda udah kesenangan. Ia pun masuk ke rumah sambil nyanyi dan lompat2 kegirangan. Dimas melihatnya dan tersenyum sendiri. Tak lama Dimas pun menelpon Om Indra.

Saat malam hari Om Indra memberitahu Winda bahwa mobil pesanannya sudah datang. Awalnya Winda bingung “Hah? Mobil?” Sekarang gantian Om Indra yang bingung “Lho bukannya tadi pagi Non Winda minta dibelikan mobil ama Mas Dimas?” Ditanya begitu oleh Om Indra, Winda baru ngeh dan langsung teriak kegirangan. Winda pun keluar dari kamarnya dan langsung lari mencari Dimas.

Dimas sedang berdiri di pinggir kolam sedang memberi makan ikan-ikan. Winda datang menghampiri Dimas sambil senyam-senyum. Om Indra seperti biasa ngintip dari belakang. Melihat Winda senyum-senyum, Dimas lalu bertanya “Apa? Ha?” Winda masih senyum2 aja nggak menjawab pertanyaan Dimas, sementara Dimas masih meneruskan memberi makan ikan-ikan. Tiba-tiba Winda mencium pipi Dimas. Dimas kaget sekaligus heran. Dimas melihat ke Winda dengan aneh. Dengan manis Winda lalu bilang “Makasih ya mobilnya.” Dimas baru nyadar “Ooh… mobil?!” Dimas pun mengangguk tanda mengiyakan… BERSAMBUNG

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 2

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 3

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 4

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 13

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 14

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 15

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 16

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 17

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 18

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 19

Sambungan kisah sinetron Benci Bilang Cinta Episode 20


SINOPSIS SAMBUNGAN KISAH SINETRON BENCI BILANG CINTA EPISODE 17

SINOPSIS SAMBUNGAN KISAH SINETRON BENCI BILANG CINTA EPISODE 18

SINOPSIS SAMBUNGAN KISAH SINETRON BENCI BILANG CINTA EPISODE 19

SAMBUNGAN KISAH SINETRON BENCI BILANG CINTA EPISODE 20 - 49 (Episode Akhir)



sumber: (Terima kasih dan kredit diberikan kepada
red_planet: http://sinetron.forumco.com/
dunianovelcerpen.blogspot.com
dan semua pihak atas sumber maklumat dan gambar)

sumber: (Terima kasih dan kredit diberikan kepada
Astro Ria,
http://id.wikipedia.org/
pepss: http://sinetron.forumco.com/
aventku: http://sinetron.forumco.com/
pepss: http://sinetron.forumco.com/
ivel: http://sinetron.forumco.com/
Msyiwenn Channel
dan semua pihak atas sumber maklumat dan gambar)

0 comments :

Online Visitors

Thank you for dropping by